Tiap Imlek Selalu Hujan, Ternyata Ini Penyebabnya
SabangMerauke News - Tahun baru China atau Imlek 2573 akan jatuh pada Selasa (1/2/2022) esok hari. Tidak hanya dikenal dengan warna merah, angpao, atau seni tradisional berupa barongsai, Imlek pun identik dengan hujan.
Lantas, kenapa Imlek identik dengan hujan?
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin menjelaskan, bahwa secara penanggalan, tahun baru Imlek selalu jatuh di tanggal 20 Januari hingga 19 Februari atau 15 hari sebelum dan 15 hari sesudah tanggal 4 Februari yang merupakan awal musim semi di China.
"Ini juga terkait dengan sistem kalender lunisolar yang dipakai bangsa Tionghoa," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/1/2022).
Menurutnya, sistem kalender lunisolar merupakan perpaduan pergerakan bulan mengelilingi Bumi dan Bumi mengelilingi matahari.
Sementara itu, dalam 19 tahun terdapat tujuh tahun yang berumur 13 bulan. Penyisipan bulan kabisat tersebut yang membuat tahun baru Imlek tidak selalu tetap di tanggal tertentu, melainkan mengikuti fase bulan baru.
"Di daerah subtropis seperti Tiongkok, matahari cenderung lebih tinggi saat tengah hari ketika Solstis Juni, dan cenderung lebih rendah saat tengah hari ketika Solstis Desember," papar Andi.
"Oleh karenanya, pembagian musim pra-iklim (pre-climate) menggunakan pembagian ekliptika menjadi 24 bagian yang disebut Chi (Qi)," sambung dia.
Dia mengatakan, tanggal 4 Februari merupakan awal musim semi di China atau disebut juga Lichun, sementara 15 hari setelahnya, yaitu 19 Februari merupakan Yushui atau hujan musim semi. Sedangkan, 15 hari sebelum tanggal 4 Februari adalah Dahan atau puncak suhu dingin di China.
"Untuk tahun-tahun tertentu, terkadang tahun baru Imlek selalu jatuh pada 19 Februari yang merupakan permulaan hujan di musim semi. Oleh karenanya, di Tiongkok sana, tahun baru Imlek berkaitan dengan hujan," terang Andi sambil menjelaskan penyebab turun hujan saat Imlek.
Secara astronomis, katanya, di Indonesia dan wilayah tropis lainnya yang terletak di antara dua garis balik matahari (23,4°LU dan 23,4°LS), maka matahari akan berada di atas kepala sebanyak dua kali setahun.
Khusus di Indonesia sendiri, periode pertama terjadi antara 20 Februari di Rote Ndao hingga tanggal 5 April di Sabang. Selanjutnya, periode kedua terjadi antara 5 September hingga 21 Oktober di Rote Ndao.
Pada periode pertama, angin muson tenggara yang membawa uap kering berhembus dari Australia ke India melalui Indonesia. Sehingga, sekitar akhir Februari hingga awal April terjadi peralihan musim penghujan ke musim kemarau.
Di periode kedua, angin muson barat laut yang membawa uap basah dan lembab berhembus dari India ke Australia melewati Indonesia, yang menyebabkan antara awal September sampai akhir Oktober merupakan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.
"Sederhananya, saat matahari masih berada di arah selatan saat tengah hari, maka di Indonesia masih musim penghujan. Sedangkan saat matahari berada di arah utara saat tengah hari, maka di Indonesia sudah masuk musim kemarau," ungkapnya.
Adapun yang menjadi batas matahari berada di utara atau selatan, ditentukan dari jadwal hari tanpa bayangan untuk setiap kota di Indonesia.
Andi mencontohkan, misalnya di Sabang hari tanpa bayangannya jatuh pada 5 April dan 6 September. Artinya, sejak tanggal tersebut matahari berada di utara, sedangkan 6 September hingga 5 April matahari berada di selatan.
Dengan demikian, awal April hingga awal September di Sabang memasuki musim kemarau, dan awal September hingga awal April memasuki musim hujan.
Demikian pula di Rote Ndao, di mana hari tanpa bayangan terjadi pada 20 Februari dan 21 Oktober. Sehingga, per tanggal 20 Februari sampai 21 Oktober, matahari berada di utara. Akan tetapi, pada 21 Oktober hingga 20 Februari, matahari berada di selatan.
Maka, akhir Februari hingga akhir Oktober di Rote Ndao memasuki musim kemarau, sementara akhir Oktober hingga akhir Februari memasuki musim hujan.
"Karena tahun baru Imlek terjadi di antara 20 Januari hingga 19 Februari, secara umum, matahari berada di selatan saat tengah hari untuk pengamat di seluruh Indonesia. Ini juga menandakan bahwa di Indonesia masih masuk musim penghujan," ujar Andi.
Pada saat tersebut, baik di China maupun Indonesia sama-sama memasuki musim hujan ketika tahun baru Imlek.
Prediksi hujan di Indonesia 31 Januari-1 Februari 2022
Dihubungi secara terpisah, Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani menyebutkan, bahwa sejumlah daerah diprakirakan berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat mulai 31 Januari 2022 sampai 1 Februari 2022.
Wilayah yang diprediksi akan turun hujan tersebut, yakni:
1. Pesisir barat Sumatera
2. Pulau Jawa
3. Kalimantan Barat
4. Kalimantan Tengah
5. Sulawesi Selatan
6. Sulawesi Tenggara
"Hujan dengan intensitas tertinggi diprakirakan akan terjadi pada kisaran siang hingga sore hari," kata Ida, Senin (31/1/2022).
Dia menambahkan, potensi hujan lebat yang perlu diwaspadai adalah yang diprediksi akan terjadi di pulau Jawa. Sebab, mengingat intensitas hujan yang cukup tinggi telah terjadi beberapa hari terakhir.
"Dikhawatirkan kondisi dapat menyebabkan kejenuhan tanah meningkat dan akhirnya potensi bencana hidrometeorologi juga turut meningkat," lanjutnya.
BMKG pun mengingatkan masyarakat untuk melakukan upaya mitigasi seperti membersihkan saluran air dan sungai, memangkas ranting-ranting pohon yang sudah rimbun dan berpotensi patah atau tumbang.
"Masyarakat juga perlu senantiasa memperbarui info terkait cuaca yang dirilis oleh BMKG, perlu juga ada pemahaman yang baik di masyarakat terkait informasi cuaca yang sudah dirilis BMKG sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat," pungkas Ida. (*)