RI Fokus Kembangkan Kendaraan Listrik, CEO Grant Thornton Indonesia: Masih Banyak Hambatan
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Perkembangan mobil listrik di Indonesia terus tumbuh, utamanya setelah pemerintah memberikan banyak insentif kepada industri ini. Namun, bukan hal mudah untuk mengembangkan industri ini ke depan karena menemui sejumlah tantangan.
"Masih banyak hambatan dan tantangan untuk mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia, seperti proses pengolahan teknologi baterai yang memerlukan teknologi canggih dan biaya yang cukup besar, serta terbatasnya infrastruktur baterai untuk kendaraan listrik," kata CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani, Kamis (7/9/23).
Salah satu tambahan insentif yang kemungkinan bakal pemerintah berikan ke depan adalah subsidi untuk kendaraan hybrid atau Hybrid Electric Vehicle (HEV).
Saat ini, pemerintah baru memberi subsidi untuk mobil berbasis Battery Electric Vehicle (BEV), berupa diskon pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%.
Salah satu alasan didorongnya insentif untuk Hybrid karena saat ini kondisinya penjualan HEV saat ini lebih tinggi dibandingkan BEV.
Alasannya sederhana, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan pengecasan baterai saat membawa HEV menempuh jarak jauh.
Adapun jika memakai BEV, konsumen harus memperhitungkan daya baterai dan infrastruktur pengisian di tengah perjalanan.
Jika memakai BEV, konsumen harus memperhitungkan daya baterai dan infrastruktur pengisian di tengah perjalanan.
Adanya insentif untuk mobil listrik hybrid bakal memberikan dampak lebih positif terhadap penjualannya dan semakin memasifkan keberpihakan pemerintah pada kendaraan elektrifikasi.
Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia dalam rangka percepatan kendaraan berbasis listrik (EV) yang tidak hanya berbentuk infrastruktur, tetapi juga regulasi serta produksi.
Masyarakat juga harus terus diberikan edukasi mengenai dampak positif kebijakan transisi energi dalam rangka pengurangan emisi, salah satunya dengan beralih menggunakan kendaraan listrik.
"Pemerintah juga sebaiknya meningkatkan dukungan, melalui regulasi dan insentif pendukung lainnya, yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi dan juga subsidi harga yang dapat menarik minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik," kata Johanna.
Tahun ini Pemerintah meluncurkan program percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) berupa bantuan Pemerintah dan insentif fiskal seperti tax holiday hingga 20 tahun untuk memperkuat ekosistem KBLBB, PPN dibebaskan atas impor dan perolehan barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik untuk industri kendaraan bermotor hingga insentif perpajakan dengan PPnBM 0%. Selain itu, PLN juga berencana memberikan diskon tarif listrik bagi para pemilik mobil listrik.
Hasilnya penjualan mobil listrik melonjak, berdasarkan laporan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik di Indonesia sebanyak 15.437 unit sepanjang 2022. Jumlahnya melesat 383,5% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 3.193 unit.
Baru-baru ini, Indikasi pertumbuhan mobil listrik di tanah air jelas terlihat pada pameran mobil terbesar di Indonesia yaitu GIIAS 2023. Ajang tersebut menjadi lokasi berbagai merk mobil untuk meluncurkan line-up mobil listrik atau electric vehicle (EV) mereka.
Hasil penjualannya juga mencatat angka pencapaian yang baik, bahkan terdapat model mobil listrik yang mampu berkontribusi 50% untuk total penjualan satu brand selama mengikuti acara GIIAS. Angka tersebut menjadi indikasi bahwa Indonesia mengarah menuju net zero emission.
"Berbagai negara di dunia sudah mencanangkan target mencapai net zero emission pada 2050, sesuai dengan perjanjian Paris yang membatasi kenaikan suhu udara global maksimal 1,5°C, agar dunia terhindar dari dampak pemanasan global. Salah satunya adalah dengan membangun ekosistem kendaraan listrik," kata Johanna. (*)