Respon Kesal Tapi Lucu Petani Sawit Kala Harga Mendadak Anjlok Rp 1.000: Gak Jadi Kredit Pajero sampai Siap-siap Barang Ditarik Leasing
SabangMerauke News, Riau - Para petani kelapa sawit kaget mengetahui anjloknya harga kelapa sawit di tingkat penjualan ke toke dan pabrik kelapa sawit. Sempat menikmati naiknya harga selama beberapa bulan terakhir menempus Rp 3 ribu per kilogram, kini sawit anjlok harganya sebesar Rp 1.000.
Komentar para petani kelapa sawit pun beragam. Ada yang kesal, marah tetapi ada juga yang lucu. Para petani sawit juga masih bingung mengapa harga mendadak turun, kendati harga pupuk masih tinggi.
Sebagian lagi mengurungkan niat untuk membeli properti dan kendaraan mobil baru. Ada pula yang sudah bersiap-siap barang kreditannya ditarik pihak leasing.
Berikut komentar para petani kelapa sawit di dalam grup obrolan Facebook yang dihimpun oleh SabangMerauke News, Minggu (30/1/2022).
"Dah lah, tak jadi bangun gedung walet lah aku ini".
"Kreditannnnn.mobil pikup. ..gk jadiii..."
"Yang bingung nya sawit turun harga pupuk naik, gimana tu,"
"Udah siap2 DP pajero tapi pikir2 lagi dulu lah takut"
"Sawit turun, sertifikat masih sekolah.. jatuh tempo nya sudah lewat... Tidur susah makan pun tak enak"
"Harga pupuk masih tinggi, pusing pusing"
"Harga pupuk harusnya turun juga, biar imbang"
"Penuh BANK dan LEASING"
BACA JUGA: Bupati Adil 'Tikung' Abdul Wahid Deklarasi Calon Gubernur, Siap Maju Lewat Jalur Independen
Petani sawit dan netizen lain ada yang menyindir sikap marah dan kesal tersebut dengan ucapan syukur ketika selama ini harga sawit naik.
"Waktu sawit naik, saya ga lihat tu status senang senangnya. Bisa kebeli semua ni keinginan
Sawit mahal. Wkwkww"
"Syukuri yg ada jgn resahkan yg blm ada."
"Klw kalian kurang bersyukur coba kunjungi tempat2 sprti RS(rumah sakit) RT(rumah tahanan) dan kuburan."
Di Provinsi Riau, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sejak Sabtu (29/1/2022) anjlok Rp1000 perkilonya.
Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah untuk stabilkan harga minyak goreng. Persoalan ini menjadi persoalan serius bagi petani sawit di Riau.
Pasalnya selain anjloknya harga sawit dengan cepat, tidak dibarengi juga dengan turunnya biaya produksi yakni pupuk sebagaimana kebutuhan para petani.
Sebagaimana diketahui, dalam sehari harga Tandan Buah Segar (TBS) anjlok hingga 25 persen, ini akibat pemberlakuan Domestik Market Obligation (DMO) dan Domestik Price Obligation( DPO).
Menurut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau asal Rokan Hulu Kelmi Amri, kebijakan ini memang seperti pisau bermata dua.
Satu sisi pemerintah ingin mengedalikan harga minyak goreng yang akhir-akhir ini meroket akibat harga CPO di pasar dunia melambung hingga Export CPO begitu besar dan pasokan dalam negeri pun mengikuti harga dunia dan berimplikasi langsung terhadap harga produk hilir CPO itu sendiri, seperti halnya minyak Goreng dan lain sebagainya.
"Pemerintah menerapkan kebijakan DMO dan DPO dengan harapan pasokan dalam Negeri tercukupi dan Harga disesuaikan dan dikendalikan,"ujar Kelmi. (*)