Jembatan Perawang Ambruk, Warga Meranti Terpaksa Bayar Rp 20 Ribu Sekali Menyeberang
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Ambruknya Jembatan Perawang di Selat Akar, Kepulauan Meranti telah menghambat mobilitas warga di Kecamatan Tasik Putripuyu. Kini masyarakat harus merogoh kocek untuk biaya penyeberangan.
Para pemilik perahu motor penyeberangan di Selat Akar pun ketiban rezeki. Omzetnya kini naik berkali lipat dari jasa menyeberangkan orang dan sepeda motor pasca ambruknya jembatan, Senin (14/8/2023) malam lalu.
Dalam beberapa jam, pemilik perahu sudah mendapat Rp 500 ribu. Dimana untuk sekali angkut, kapal tersebut mampu membawa 5 sampai 7 sepeda motor. Adapun ongkos dipatok sebesar Rp 20 ribu untuk satu orang dan 1 unit sepeda motor.
"Sebenarnya kapal ini digunakan bukan untuk menyeberang. Karena jembatan roboh dan warga tidak punya pilihan, makanya kami manfaatkan untuk ini," tutur seorang pemilik kapal.
Memanfaatkan jasa perahu motor penyeberangan, merupakan cara alternatif bagi warga Tasik Putripuyu yang ingin bepergian ke Kecamatan Merbau maupun ibukota kabupaten di Selatpanjang maupun sebaliknya. Terlebih lagi, putusnya jembatan tersebut telah memutuskan akses ke enam desa di Tasik Putripuyu.
Pasca ambruknya jembatan tersebut, warga hanya bisa memanfaatkan jasa penyeberangan ini karena tidak ada akses lainnya, terkecuali melalui jalur laut yang jaraknya lebih jauh. Meskipun terbilang agak mahal, namun masyarakat tidak punya pilihan lain.
"Memang agak mahal, kalau bolak balik sudah Rp 40 ribu yang dikeluarkan. Tapi ini sudah mendingan dan tidak ada pilihan daripada tidak bisa menyeberang sama sekali," kata Mila warga Desa Bandul.
Dari pantauan di lapangan, penyeberangan menggunakan kapal tersebut terlihat cukup rumit dilakukan. Apalagi kondisi air sungai sedang surut sehingga jarak dari pelabuhan agak tinggi. Untuk menaikkan satu sepeda motor ke atas kapal memerlukan tenaga 4 orang. Selain itu resiko kecelakaan juga agak tinggi, dimana motor yang dinaikkan ke atas kapal tidak diikat sehingga jika kapal oleng, motor bisa jatuh ke dalam sungai.
Padatnya warga yang ingin menyeberang menyebabkan antrean hingga 15 menit. Pelabuhan yang sempit membuat tidak bisa langsung memasuki perahu motor yang digunakan untuk menyeberangkan warga berikut kendaraan roda dua.
Bangun Jembatan Alternatif
Sementara itu Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (PUPRPKPP) Provinsi Riau tengah membangun jembatan penyeberangan alternatif di Desa Selat Akar, Kecamatan Tasik Putripuyu.
Camat Tasik Putripuyu, Zainal menyebut jembatan alternatif itu sedang digesa.
"Anggarannya dari pemerintah provinsi, jembatan alternatif dibangun di sebelah jembatan roboh," kata Zainal.
Zainal belum bisa memastikan kapan jembatan alternatif itu berfungsi. Namun dia optimis pengerjaannya tidak lama mengingat pentingnya keberadaan jembatan penghubung oleh sejumlah desa di kecamatan tersebut.
"Tadi saya lihat, bekerja terus orang itu, tak lama lagi bisa dipakai," ucap Zainal.
Menjelang jembatan alternatif selesai, masyarakat setempat bahu membahu menyediakan perahu penyeberangan. Mobilisasi masyarakat yang sempat terhambat perlahan mulai lancar.
Selain swadaya, pemerintah kecamatan juga tengah mencari alat penyeberangan lainnya. Tak lama lagi, alat transportasi air jenis kempang tersedia di lokasi.
"Kalau untuk perahu swadaya itu ada sekitar lima buah," kata Zainal.
Kepala UPT PUPR-PKPP Wilayah III, Eri Ikhsan MT menuturkan pihaknya bergerak cepat untuk mencarikan solusi jangka pendek yakni dengan membuat dermaga penyeberangan dengan material kayu sampai jembatan selesai dikerjakan
"Jangka pendeknya kami bergerak cepat dengan membangun dermaga transportasi penyeberangan Kempang dari dua sisi yakni di Desa Bandul dan Selat Akar sebagai alternatif akses masyarakat saat ini. Pak Gubernur dan Pak Kadis sudah memerintah kita untuk membuat dermaga penyeberangan ini agar arus barang dan orang tidak terputus," kata Eri Ikhsan, Selasa (15/8/2023) lalu.
Pembangunan dermaga penyeberangan kempang dilakukan secepatnya setelah masyarakat mengumpulkan material bangunan.
Sementara itu untuk armada kempang sendiri, Eri mengatakan hingga saat ini belum bisa memastikan karena harus berkomunikasi terlebih dahulu dengan pimpinan.
"Pembangunannya kita serahkan koordinasinya dengan Pak Camat nanti dia yang menggerakkan masyarakat setempat untuk mencari material. Untuk armada kita masih koordinasi, apakah ini sharing dengan kabupaten atau kita yang menanggungnya begitu juga dengan biaya oprasionalnya. Karena saya belum dapat informasi dan saya harus komunikasi dulu dengan pimpinan di Pekanbaru," jelasnya.
Sebelumnya, jembatan di Selat Akar itu roboh dan sebagiannya ringsek ke dasar perairan. Air payau disebut membuat keropos besi dan tiang penyanggah jembatan.
Jembatan itu dibangun tahun 2002 oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Saat itu, Kepulauan Meranti masih merupakan kecamatan dan jembatan diserahkan ke Pemerintah Provinsi Riau begitu ada pemekaran kabupaten.
Beruntung robohnya jembatan ini tidak memakan korban jiwa. Saat kejadian, masyarakat tidak ada yang melintas karena sudah tengah malam. Sebelum kejadian, kondisi jembatan sudah memprihatinkan. Pemerintah desa dan kecamatan membuat rambu-rambu agar warga hati-hati melintas dan kendaraan bertonase berat dilarang masuk. (R-01)