Ahok Sindir Kendaraan Listrik Diklaim Ramah Lingkungan Padahal Pembangkitnya Pakai Batu Bara: Jangan Politik Menentukan Masa Depan Mobil!
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok meragukan 'kebersihan' kendaraan listrik lantaran pembangkit listriknya sendiri dari batu bara.
"Kita bilang net zero emission, kita bilang kendaraan listrik yang green, pertanyaan saya kalau PLTU-nya pakai batu bara? Kenapa tidak manfaatkan semua panas bumi, nah di situlah Pertamina harus bisa bersama-sama PLN untuk melakukan (mulai memakai energi) panas bumi," kata Ahok di ICE BSD Tangerang, Selasa (15/8/2023).
Lebih lanjut Ahok menegaskan sebaiknya pemerintah berlaku 'adil' dalam hal kebijakan demi transisi energi yang lebih ramah lingkungan.
"Saya lihat beberapa otomotif sudah ambil jalan tengah, ada hybrid dulu kan, karena apa? kita tidak mau kehilangan tenaga kerja, bayangin dari satu kendaraan ada berapa komponen, tinggal jadi beberapa puluh dan ratusan. Bangsa kita ini belum siap jadi pengusaha semua, masih banyak yang jadi pegawai. Di sinilah fungsi Pertamina dengan tepat melakukan transisi energi," kata dia.
"Kalau tanya negara mana, ini mau ke mana kan? Makanya semua negara pun yang penting new energy vehicles, bukan terbatas electric vehicles. Anda mau pakai angin juga boleh, mau pakai uap apa juga boleh. Yang penting pasarnya mau beli nggak?"
"Siapa duluan yang membangun ekosistem, efisien semua, rakyatnya bisa suka beli, itu yang akan unggul. Sama kayak HP Nokia bisa hilang juga kan. Yang penting udah-lah, jangan lawan pasar. Tapi tugas pemerintah jangan pihak sebelah."
"Regulasi kalau masih uncertainty, Anda harus dukung semua juga. Anda juga jangan membatasi orang untuk melakukan apa pun karena ini keputusan di pasar," jelas Ahok.
Ahok mengatakan Pertamina saat ini memiliki infrastruktur yang dirasa cocok pengembangan industri elektrifikasi yakni berupa stasiun hidrogen.
"Saya suka kutipan dari yang OICA, jangan biarkan politik yang menentukan masa depan mobil. Ini mesti bicara pasar, tren dunia mau kemana, dan kita secara infrastruktur Pertamina dari geothermal, kilang, pipa, kapal, itu paling seem hidrogen, itu bisa mengganti terminal hidrogen dengan BBM kita, stasiun kita SPBU bisa jadi stasiun hidrogen," kata dia.
"Kalau charging baterai, ke depan mungkin baterai makin cepat charge di rumah. Mungkin ya. Saya nggak tahu. Kan teknologi terus jalan. Sekarang masih mahal, ke depan semua akan jadi murah," tambahnya lagi.
Diberitakan sebelumnya, PT PLN (Persero) membuka ruang kolaborasi untuk membangun sembilan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan total kapasitas diperkirakan mencapai 260 megawatt (MW).
Adapun sembilan lokasi geothermal yang akan segera dikembangkan PLN, yakni Tulehu di Maluku Tengah, Atadei di Nusa Tenggara Timur, Songa Wayaua di Halmahera Selatan, Tangkuban Perahu di Jawa Barat, Ungaran di Jawa Tengah, Kepahiang di Bengkulu, Oka Ile Ange di NTT, Gunung Sirung di NTT, Danau Ranau di Sumatera Selatan dan Lampung Barat.
Rencana jangka pendek PLN soal pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Hingga 2030, porsi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan bertambah sekitar 30 persen.
Indonesia kaya akan potensi sumber energi terbarukan dengan total 3.686 gigawatt yang bersumber dari energi surya (3.295 gigawatt), hidro (95 gigawatt), bioenergi (57 gigawatt), bayu (155 gigawatt), panas bumi (24 gigawatt), dan laut (60 gigawatt). Pemanfaatan EBT saat ini hanya 0,2 persen dari total potensi. (*)