Ngeri! Potensi Tsunami 34 Meter Terjadi di Pulau Sumatera, Ini Hasil Riset Pakar
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Sejumlah pakar mengungkap potensi tsunami yang bisa mencapai 34 meter di sepanjang pantai barat Sumatera paling selatan dan pantai selatan Jawa dekat Semenanjung Ujung Kulon.
Para ahli yang terdiri dari berbagai instansi membeberkan hal ini melalui sebuah karya ilmiah bertajuk "On the potential for megathrust earthquakes and tsunamis of the southern coast of West Java and southeast Sumatra, Indonesia" yang terbit dalam jurnal Natural Hazards.
"Kami menunjukkan bahwa tsunami maksimum tingginya bisa mencapai 34 m di sepanjang pantai barat Sumatera paling selatan dan sepanjang pantai selatan Jawa dekat Semenanjung Ujung Kulon," seperti dikutip dari penelitian ilmiah tersebut.
Ketinggian maksimum tsunami yang bisa mencapai 34 meter itu sebanding dengan penelitian sebelumnya di selatan Jawa, yang mana sumber gempa berasal dari inversi data GPS. Sementara, tsunami dengan potensi ketinggian hingga puluhan meter itu diperkirakan memiliki tinggi gelombang rata-rata sekitar 11 meter.
Salah satu ahli yang tergabung dalam penelitian ini adalah Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Dikutip dari CNN Indonesia, mereka yang terlibat adalah Dwikorita Karnawati, Tatok Yatimantoro, Daryono dari BMKG. Kemudian ada Rahma Hanifa dari BRIN, Sri Widiyantoro dari ITB, Abdul Muhari dari BNPB, dan Nicholas Rawlinson dari Department of Earth Sciences-University of Cambridge.
Dua Wilayah Berpotensi Sumber Gempa Megathrust
Tingkat kegempaan yang tinggi di dalam dan sekitar Jawa Barat dan Sumatera merupakan akibat dari pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian.
Peristiwa megathrust besar yang berkaitan dengan proses ini, kemungkinan akan menimbulkan gempa bumi dan tsunami besar. Kendati demikian perlu dicatat juga, diperlukan upaya lebih lanjut untuk memahami kemungkinan sekaligus frekuensi keduanya.
Para peneliti menggunakan data seismik dari BMKG dan International Seismological Center (ISC) periode April 2009 hingga Juli 2020. Data tersebut digunakan untuk melakukan relokasi hiposenter gempa dengan metode teleseismic double-diference.
Hasil studi mengungkapkan celah seismik yang besar di selatan Jawa Barat dan Sumatera bagian tenggara. Hal ini sesuai dengan penelitian GPS sebelumnya yang menemukan bahwa wilayah tersebut berpotensi menjadi sumber gempa megathrust di masa depan.
Guna menyelidiki lebih lanjut, pemodelan tsunami dilakukan di wilayah tersebut dengan dua skenario berdasarkan perkiraan celah kegempaan dan keberadaan sesar dorong balik. Metode yang digunakan untuk melakukan pemodelan ketinggian tsunami adalah TUNAMI dari Imamura (1995).
Penelitian kali ini memperluas analisis ke tenggara Sumatera. Studi menunjukkan bahwa perkiraan retakan dari celah seismik dapat mendukung estimasi bahaya tsunami yang kredibel tanpa adanya data GPS. (*)