Sasar Pasar Milenial, BTN Targetkan KPR Subsidi Tembus Rp 26 Triliun
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) tengah gencar membidik potensi pembiayaan rumah bersubsidi untuk generasi milenial dengan total target Rp26,77 triliun pada 2023.
Pasalnya, realisasi KPR subsidi pada periode 2020 hingga Juli 2023 didominasi generasi milenial sekitar 90,94 persen atau sebanyak 92.448 unit senilai Rp13 triliun. Catatan itu kian meningkat pada 2021, menjadi 96.700 unit senilai Rp13,72 triliun.
Sementara itu, pada 2022 terjadi kenaikan senilai Rp18 triliun atau mencapai 123.133 unit, disusul pada Juli 2023 yang angkanya mencapai 62.672 unit senilai Rp9,4 triliun.
Direktur Utama BBTN Nixon L.P. Napitupulu mengakui generasi milenial merupakan salah satu segmen yang paling aktif dalam mengambil pembiayaan perumahan dari bank tersebut.
Nixon menambahkan pihaknya juga fokus mendukung upaya pemerintah mengintegrasikan pembangunan perumahan dengan sarana transportasi massal atau transit oriented development (TOD).
“Perumahan Puri Delta Tigaraksa ini sesuai dengan Konsep TOD, karena jarak dengan stasiun dekat sekali. Ini akan memudahan mobilisasi mereka yang bekerja di Ibu Kota Jakarta,” katanya saat konferensi pers di Tangerang, Selasa (8/8/2023).
Tak hanya itu, sebagai bagian dari upaya mendukung keberlanjutan dalam program perumahan rakyat, tahun ini Bank BTN menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan rumah subsidi baik KPR FLPP maupun KPR Tapera sekitar Rp182.250 unit dengan nilai mencapai Rp26,77 triliun.
Selain itu, Bank BTN berusaha untuk berkontribusi secara signifikan dalam penyediaan pembiayaan rumah subsidi untuk masyarakat dengan mengambil tanggung jawab sekitar 80 persen dari total target perumahan subsidi yang ditetapkan oleh pemerintah pada 2023, di mana pemerintah menargetkan sekitar 230.000 unit rumah Untuk mencapai target tersebut, Nixon mengungkapkan, salah satu yang dilakukan adalah berkolaborasi dengan BP Tapera meluncurkan produk Tabungan BTN Rumah Tapera.
Produk tabungan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan pekerja informal untuk bisa mendapatkan pembiayaan rumah subsidi melalui kredit pemilikan rumah (KPR) berskema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
“Kerja sama dengan BP Tapera akan mengakomodasi para pekerja sektor informal yang belum memiliki rumah melalui skema saving plan, sehingga diharapkan potensi pembiayaan rumah untuk sektor informal dengan skema saving plan akan menambah sekitar 5.000 unit setara dengan potensi penambahan penyerapan nilai pembiayaan sekitar Rp 800 miliar hingga akhir tahun ini,” tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, saat ini ada sekitar 81 juta milenial yang belum memiliki rumah dan backlog perumahan mencapai 12,7 juta unit.
Hal tersebut harus dicarikan solusinya dengan meningkatkan kolaborasi dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN serta swasta untuk cepat membangun perumahan yang sesuai dengan keinginan milenial.
"Tinggal strateginya. Tadi disampaikan kenapa dibangun di daerah sini, karena ada apa? Fasilitas kereta atau akses publik, karena kita tidak mungkin suruh orang tinggal di rumah tapi transportasi publiknya enggak ada," katanya.
Nixon sendiri menyebut penyaluran kredit perumahan atau jenis kredit pemilikan rumah (KPR) masih mendominasi total pembiayaan perseroan pada semester I/2023. Nilai penyaluran KPR di BTN hingga akhir Juni 2023 mencapai Rp269,48 triliun, tumbuh 6,97 persen yoy.
Porsi KPR terhadap total penyaluran kredit di BTN mencapai 87,59 persen. KPR subsidi berkontribusi paling besar dengan nilai mencapai Rp152,17 triliun tumbuh 10,86 persen yoy. Sementara KPR non subsidi tumbuh 6,49 persem menjadi Rp90,83 triliun pada semester I/2023.
Kemudian, nilai kredit non perumahan seperti kredit korporasi dan konsumer di BTN mencapai Rp38,18 triliun, tumbuh 11,53 persen yoy. Porsi kredit non perumahan ini terhadap keseluruhan mencapai 12,41 persen. Kinerja kredit itu membuat aset bank tumbuh 4,93 persen yoy menjadi Rp400,54 triliun pada paruh pertama 2023. (*)