Panas Ekstrem Capai 38 Derajat Celcius, Jubir Demokrat Minta Jokowi Tarik Peserta Jambore di Korsel
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kepala Badan Komando Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) menarik pulang kontingen Indonesia dalam gelaran Jambore Dunia 2023 di Saemangeum, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan, lantaran kondisi cuaca ekstrem.
Herzaky mengatakan para kontingen anak itu tengah dalam kondisi terancam cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan. Ia menyebut tak perlu menunggu hingga 12 Agustus agar para kontingen dipulangkan ke Indonesia.
"Kami berharap, bapak Presiden, bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Kwarnas, Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, ambil tindakan segera dan sungguh-sungguh untuk membantu anak-anak kita di sana," kata Herzaky dalam keterangan tertulis, Minggu (8/6/2023).
Ia menyebut setidaknya terdapat 1.569 warga Indonesia, sebagian besar siswa usia 14-18 tahun, yang tergabung dalam kontingen Indonesia, dari total lebih dari 42.000 peserta Jambore dari seluruh dunia. Mereka dijadwalkan berkegiatan di Korea Selatan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 12 Agustus 2023.
"Jika kegiatan sudah banyak yang dibatalkan karena cuaca ekstrem, untuk apa bertahan sampai tujuh hari lagi?," imbuhnya.
Herzaky selanjutnya juga mengaku terdapat sejumlah 'kekacauan' di sana. Di antaranya, para kontingen tinggal di dalam tenda yang sangat tipis dengan menggunakan palet plastik untuk tidur karena lahan tempat berkemah aslinya merupakan sawah dan becek.
Kemudian juga buruk fasilitas sanitasi lantaran anak-anak mesti berjalan hingga 2 kilometer menuju lokasi untuk mandi, buang air, dan mencuci pakaian.
"Situasi di sana sangat menyedihkan. Bukan lagi kegiatan pramuka yang melatih kemandirian dan kebersamaan, melainkan sudah menjadi ajang bertahan hidup di tengah ancaman cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan," kata dia.
Selain itu, ia menyebut asupan makanan yang tidak cukup baik diterima oleh para kontingen. Selanjutnya, fasilitas Shuttle Bus yang terbatas sehingga menyebabkan antrian tunggu yang lama dan mengakibatkan anak-anak kami terpapar panas kembali.
Lalu ada pula laporan terkait kegiatan yang sudah diatur oleh penyelenggara sebagian besar dihentikan karena cuaca dan heatwave tidak aman, sehingga para kontingen seperti terlantar tanpa kegiatan apapun layaknya di camp pengungsian.
"Kondisi anak-anak tidak lagi fisik yang terganggu, ada yang lecet, tidak bisa berjalan, bahkan patah kaki, terserang sakit karena gelombang panas, dan lain sebagainya, melainkan kondisi psikisnya sudah mulai terganggu," ujarnya.
"Di dekat-dekat tenda anak kami, hampir tiap malam ketika video call, mereka menangis karena tertekan betul. Kalau lokasi seperti bumi perkemahan cibubur, tanahnya ada rumput yang asri, penuh dengan pepohonan yang sejuk. Di sana? gersang, tanpa pohon," imbuh Herzaky.
Lebih lanjut, apabila para kontingen memang harus tetap berada di sana, maka Herzaky meminta agar diturunkan sejumlah tim untuk membantu para remaja itu untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan yang telah ia rangkum itu.
Herzaky juga meminta agar pendamping dari Kwarnas untuk membuka kondisi aktual di sana atau tidak hanya memberikan laporan manis. Apalagi kalau ada anak-anak yang ditanya orang tuanya mengenai kondisi di sana, jangan malah diberikan peringatan karena dianggap mengadu.
"Terakhir, bapak Presiden yang terhormat. Tolong diingat, mereka anak-anak remaja, ikut pramuka, ikut Jambore Dunia. Bukan mau ikut latihan bertahan hidup di camp pengungsian," ujar Herzaky.
"Kini saatnya bapak Presiden benar-benar menjadi pahlawan untuk rakyatnya. Kami tunggu aksi nyatanya untuk anak-anak kami," imbuhnya. (*)