Viral! Mini Market di Pekanbaru Tutup Gara-gara Pelanggan Sepi Hindari Pungutan Parkir: Pekanbaru Kota Seribu Parkir?
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kebijakan penerapan parkir yang dinilai kian ugal-ugalan di Kota Pekanbaru berimbas pada dunia usaha kecil menengah. Sebuah mini market di Kota Bertuah ini tutup gara-gara pengelolanya tak mampu lagi membayar gaji pegawai.
Pemasukan mini market tersebut menipis lantaran pelanggan yang datang makin sepi. Salah satunya dampak dari pungutan parkir terhadap pelanggan yang datang berbelanja.
Adalah pengelola Angkasa Mart di Jalan Gading, Marpoyan, Pekanbaru yang memilih menutup lapaknya. Video penutupan mini market tersebut diunggah dalam akun TikTok sejak beberapa hari lalu dan viral.
"Memilih tutup gak mampu bayar karyawan. Gak mampu setor parkirnya. Dari ke hari makin sepi," demikian keterangan dalam video yang diunggah di akun TikTok @dedixxxx yang dilihat SabangMerauke News, Minggu (30/7/2023).
Sang pengunggah menyatakan pihaknya menutup minimarket dan pindah ke daerah Siak Hulu, Kampar untuk menghindari beban parkir yang besar yang kerap dikeluhkan warga yang berbelanja.
Ia menyebut, pungutan parkir menyebabkan pelanggannya menjadi sepi. Sementara, jika menyetor biaya parkir bulanan dari toko, tarifnya sangat memberatkan berkisar Rp 3 juta per bulan.
"Ini pilihan yang sangat rumit. Kami terpaksa menutup toko," katanya.
Unggahan ini menarik perhatian kalangan netizen. Mereka ikut berkomentar dan menyesalkan terjadinya penutupan mini market karena dampak dari pungutan parkir kepada orang yang berbelanja.
Dalam komentarnya, sejumlah netizen ikut mempertanyakan pungutan parkir di sejumlah mini market dan toko ritel eceran lain di Pekanbaru. Bahkan, saat mereka berbelanja dan ternyata tak ada barang yang dicari, petugas parkir tetap meminta yang parkir.
"Belanja gak belanja tetep bayar parkir,, pindah toko 10 x bayar sepuluh kali," komentar @Anungxxx.
Netizen menyebut kebijakan parkir di Pekanbaru sudah dalam level parah. Mereka meminta solusi adanya penataan parkir yang lebih meringankan.
"Semua tempat ada tukang parkir. Belanja makanan harian harga lima ribuan aja pun kena parkir," tulis netizen lainnya.
"Pekanbaru kota seribu parkir," tulis warganet lainnya.
Sebenarnya, keluhan soal pungutan parkir ini sudah lama disuarakan ke Pemko Pekanbaru. Terlebih saat petugas parkir mengenakan sistem pungutan langsung ke pengunjung toko ritel, misalnya saja Indomaret dan Alfamart.
Sebelumnya, biaya parkir untuk kedua ritel ini dibebankan kepada pengelola toko. Namun, sejak tahun lalu, beban parkir dipungut langsung dari orang yang berbelanja.
Hal inilah yang memicu warga menghindari petugas parkir dan memilih berbelanja di tempat yang tak ditunggui juru parkir. Tak jarang, kerap terjadi adu mulut antara warga dengan petugas parkir yang tak ikhlas membayar parkir karena hanya belanjaannya sedikit.
Langkah Pemko Pekanbaru yang terlalu mengejar PAD dari parkir tepian jalan ini pun kerap menjadi sorotan. Seolah tidak ada kreativitas Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Pekanbaru untuk mencari sumber-sumber penerimaan lain yang lebih tepat dan tidak memberatkan warga kecil.
Misalnya, bagaimana langkah Bapenda mengoptimalkan sumber penerimaan dari pajak dari objek pajak daerah lain. Seperti pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak parkir di bangunan khusus, serta penerimaan lain yang menyentuh pelaku usaha kelas atas.
Termasuk mencegah potensi kebocoran penerimaan daerah dari pajak dan retribusi yang selama ini menjadi sorotan. (*)