Meski Tidak Dapat Bantuan, Petani Melon di Kepulauan Meranti Ini Sukses Dapatkan Sertifikat Prima 3 Hingga Targetkan Ekspor
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kelompok Tani Balung Cilik di Kelurahan Selatpanjang Kota, Kabupaten Kepulauan Meranti dengan komoditas tanaman semangka dan melon berhasil mendapatkan sertifikat Prima 3.
Sertifikasinya diterbitkan oleh Auditor Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) melalui UPT Pengawasan Mutu Dan Ketahanan Pangan (PMKP) Dinas Pangan Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau.
Sertifikasi ini diberikan sebagai bentuk pengakuan bahwa petani tersebut sudah memenuhi syarat dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian.
Kepala Seksi Sertifikasi Mutu dan Pangan UPT Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan (PMKP), Enni Edina mengatakan sertifikasi Prima 3 merupakan penilaian yang diberikan terhadap Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang dihasilkan petani.
Dikatakan lagi, banyak keuntungan yang didapat apabila petani memiliki sertifikat prima 3 ini. Selain memberikan jaminan dan perlindungan kepada konsumen bahwa pangan yang diberikan pelabelan tersebut aman dikonsumsi.
"Sertifikatnya itu keluarnya tahun lalu dan diberikan tahun ini, kita berpesan kepada OPD dan Pemda disana bahwa mungkin bisa diserahkan pada momen tertentu jadi biar masyarakat ikut tertarik dan sadar akan pentingnya sertifikasi. Sebenarnya ini sertifikat untuk keamanan pangan, jadi terkait hal itu, apa yang kita makan itu tidak harus enak dan cantik dilihat tapi juga aman dan sehat," kata Enni Edina.
Ia menyebut di Kepulauan Meranti, ada 4 hasil pertanian yang disertifikasi, namun pihakya mencari jenis komoditi yang bisa diandalkan. Tujuannya bukan hanya untuk konsumsi dalam negeri, namun juga bisa diekspor ke luar.
Enni menerangkan, banyak keuntungan yang bisa didapat dengan perolehan sertifikat Prima 3 tersebut. Di antaranya memberikan nilai tambah kepada petani terhadap produknya, khususnya mempermudah akses produk ke hotel dan supermarket.
"Sebenarnya untuk sertifikat Prima 3 ini sudah bisa dilakukan ekspor tapi tergantung buyer yang ada di sana, namun biasanya persyaratan luar negeri agak ketat, makanya kita ada tingkatan sertifikat Prima yakni Prima 1,2,3," tambahnya.
Enni juga memuji keuletan Ketua Kelompok Tani Balung Cilik, Bagas yang mengolah lahan dengan baik sehingga menghasilkan produk yang berkualitas.
"Tidak hanya aman dikonsumsi, sesuai varietasnya juga buahnya itu legit, manis dan enak. Apalagi Mas Bagas membudidayakannya juga secara baik dan benar sesuai dengan aturannya," tutur Enni.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk mendapatkan sertifikat Prima 3 harus melalui beberapa tahapan pemeriksaan, pengujian di lab, dan melakukan pengawasan serta memenuhi persyaratan lainnya, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar aman dikonsumsi.
“Aman dikonsumsi maksudnya walaupun menggunakan pestisida sebagai pengendali hama masih diperbolehkan, tetapi tidak melebihi batas perekomendasian, artinya penggunaan pestisida harus jelas asal usulnya dan di ambil samplenya untuk diuji di laboratoriun, kemudian para petani akan dilihat seperti apa memulainya dari cara pengolahan sampai proses panen. Karena salah satu untuk mendapatkan prima tiga selain dari lahan, harus diregistrasi oleh Dinas Pertanian Provinsi Riau, sertifikasi ini juga menjadi salah satu indikator residu pestisida rendah sehingga, dinyatakan aman dikonsumsi," ujarnya.
Adapun prosedur pengurusannya, tambah Enni, kelompok mengajukan proposal penerbitan Sertifikasi Prima 3 ke Dinas Ketahanan Pangan kabupaten untuk selanjutnya akan diteruskan ke Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau melalui UPT Mutu dan Keamanan Pangan.
"Kalau di provinsi lain seperti di Jawa itu sudah kesadaran para petani sendiri karena mereka bersaing untuk mendapatkan hasil yang terbaik, kalau kita di Provinsi Riau masih menyiapkan anggaran dari APBD," tuturnya.
Sementara itu Ketua Kelompok Tani Balung Cilik, Bagas seakan tidak kenal lelah untuk terus bercocok tanam dan akhirnya berbuah manis, semanis melon dan semangka yang ia tanam dan akhirnya mendapatkan sertifikasi.
Memanfaatkan lahan sempit di tengah kota dan permukiman masyarakat, ternyata menghasilkan melon berkualitas yang tak kalah dengan perkebunan modern lainnya.
Bermodalkan pengalaman serta ketekunan bertani, dengan memanfaatkan lahan seluas 25x40 meter persegi milik Pemkab Kepulauan Meranti yang berada di Jalan Pertanian, Kelurahan Selatpanjang Kota itu, Bagas menanam berbagai jenis melon. Di antaranya Melon Merlin, Kirani, Adinda, Legita, New Ceria dan terbaru ada bibit Semangka Happy Sweet 303.
Walaupun tanaman tersebut ditanam dengan cara tumpang sari, namun Bagas berhasil memanenkan melon sebanyak tiga ton.
Pemeliharaan tanaman sangat meminimalisir penggunaan pupuk berbahan kimia dengan komposisi 25 persen NPK dan 75 penggunaan Kompos.
Selain hemat, hal itu membuat buah lebih aman dikonsumsi, apalagi harga pupuk saat ini melambung tinggi.
"Saya lebih banyak menggunakan kompos yang diolah sendiri ketimbang pupuk kimia. Kebutuhan pupuk yang saya gunakan sebanyak 2,4 ton dan campuran kimianya hanya 20 -25 persen atau 150 kilo saja, karena kalau banyak juga tidak bagus," ujarnya.
Untuk mengolah lahan tersebut, Bagas tidak bekerja sendiri, dia juga membuka lapangan kerja dengan mempekerjakan 4 orang.
"Saat ini ada 4 orang yang diberdayakan untuk bekerja disini, ada yang tugasnya mencangkul, menyiram dan lainnya. Untuk gaji mereka dibayarkan perbulan dengan hitungan untuk tukang cangkul itu Rp 130 per hari dan Rp 80 ribu per hari untuk yang menyiram dan menyemai," kata Bagas.
Pria yang sudah hampir 10 tahun menanam melon dengan cara tumpang sari itu menuturkan tidak perlu modal terlalu banyak, namun diperlukan ketekunan dan kesabaran, itu dibuktikannya dengan kesuksesan yang diraih saat ini.
"Untuk berusaha seperti bertani ini soal lahan dan modal bukan jadi suatu hambatan. Asal mau pasti ada rezeki," ujar Bagas.
Soal pemasaran hasil panennya, Bagas tidak terlalu memikirkannya. Panen yang menghasilkan buah seberat 3 ton tersebut ludes terjual dalam waktu yang singkat, banyak pembeli yang datang langsung ke kebunnya.
Awal tanam sampai panen hanya membutuhkan waktu 65 hari, dimana bobot buahnya berkisar 2-3 kilogram per butirnya. Untuk harga jual, Bagas mematok setiap jenis buah dengan harga yang bervariasi.
Untuk jenis Melon Kirani harganya Rp 70 per kilogram, Melon Legita, Rp 60 per kilogram, dan Melon Kirani Rp 50 per kilogram.
"Dengan adanya sertifikasi itu, hasil panen Melon dan Semangka dari kebun saya sudah terjamin dan aman dikonsumsi. Ke depannya kita akan targetkan bisa ekspor namun tentunya kita penuhi dulu kebutuhan di sini," ucapnya.
Meskipun memulai usaha dengan terseok-seok dan jatuh bangun hingga sukses mendapatkan sertifikasi, bahan belum pernah sama sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Ia pun berharap mendapatkan bantuan serupa seperti petani yang lain.
"Sejak memulai usaha pertanian di sini dengan menumpang lahan milik Pemda, saya belum ada mendapatkan bantuan alat pertanian, ingin rasanya saya dibantu Hand Tracktor untuk mempermudah pekerjaan," ujarnya lagi.
Ke depannya, Bagas berkeinginan memperluas lahan untuk ditanami Melon lebih banyak. Dia juga bercita-cita untuk menyuguhkan sebuah wisata menarik dengan ragam keindahan nuansa agrowisata, disana pengunjung merasakan sensasi memetik buah sendiri.
"Ke depannya kalau ada rezeki, lahan di sini akan diperluas lagi. Mau kita jadikan wisata petik buah, saat ini saya sedang proses membersihkan lahan, sembari menanam Mentimun untuk mencari modal," ucap Bagas.
Untuk mendapatkan hasil dengan kualitas buah yang bagus, Bagas mengatakan selain ketekunan juga ada perlakuan khusus terhadap buah tersebut.
Tidak hanya dari bentuk yang terbilang besar, dari segi rasa, buah melon ini juga terbilang manis. Bahkan jika diukur menggunakan refractometer brix untuk mengukur tingkat kemanisan buah, melon ini menunjukkan angka 17 atau tiga persen mencapai manisnya gula pasir.
"Jadi sertifikasi itu untuk mematenkan produk, karena Melon disini hasilnya sangat bagus dan beratnya juga melebihi dari lazim yang biasanya hanya 2 kilo, itu karena ada perlakuan khusus yang dilakukan. Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada PPL, Dinas Pertanian yang telah banyak membantu mulai dari izin pemakaian lahan sampai dengan pendampingan," pungkas Bagas. (R-01)