Penuhi Uang Tebusan Pilot Susi Air Rp 5 Miliar, Pemerintah Menyerah ke KKB Papua?
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kepolisian Daerah (Polda) Papua mengungkap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Egianus Kogoya meminta tebusan uang sebanyak Rp 5 miliar untuk membebaskan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens dari penyanderaan.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan, permintaan tebusan uang itu akan disanggupi dengan proses negosiasi.
"Sebetulnya terkait hal itu Pemda sedang menyiapkan pembayaran uang petugas sejak awal pada saat adanya tuntutan kelompok Egianus Kogoya. Beberapa saat setelah penyanderaan muncul video pertama adanya tuntutan kepada pemerintah RI yaitu sejumlah uang, senjata, bahan makanan dan bahan medis," kata Benny, Minggu (2/6/2023).
Menurutnya, pihak pemerintah daerah telah menyiapkan uang tebusan agar pilot Susi Air dapat dikembalikan dalam kondisi sehat.
"Waktu itu (permintaannya) sebesar Rp 5 miliar, nanti itu dalam proses negosiasi berapa yang akan bisa disanggupi. Namun sejak kita mencoba ruang komunikasi hingga saat ini KKB Egianus tidak pernah membuka negosiasi dengan kami," paparnya.
Menurut Benny, polisi tetap akan melakukan proses hukum untuk mengantisipasi hal yang sama terjadi kembali.
"Semua bisa antisipasi hal tersebut bahwa upaya hukum akan tetap kita tegakkan, kita juga akan memproses secara hukum," katanya.
Merdeka dan Senjata
Sementara itu Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri menegaskan tidak akan memenuhi dua permintaan KKB Egianus, yakni merdeka dan senjata.
"Tidak mungkin kami mengabulkan kedua permintaan itu (merdeka dan senjata)," kata Fakhiri di Jayapura, Kamis (29/6/2023) lalu.
Sedangkan untuk permintaan tebusan uang masih bisa disiapkan.
"Namun, untuk uang yang juga diminta akan disiapkan dan diserahkan kepada Egianus Kogoya asal sandera yang berkebangsaan Selandia Baru itu dibebaskan dan diserahkan ke aparat keamanan," tuturnya.
Untuk diketahui KKB Egianus Kogoya telah menyandera pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens sejak 7 Februari 2023 lalu.
Preseden Buruk
Pengamat masalah Papua Adriana Elisabeth setuju dengan keputusan Pemerintah Daerah (Pemda) Papua yang siap memberikan uang tebusan Rp5 miliar kepada KKB dalam penyelamatan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens. Pemberian uang dinilai bukan tanda menyerah kepada kelompok separatis.
"Tawaran uang bukan tanda menyerah, tapi satu cara untuk membujuk KKB mau melepas sandera," kata Adriana, Sabtu (1/7/2023).
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengatakan istilah teroris pada KKB masih bermasalah. Menurut dia, KKB lebih tepat disebut kelompok perlawanan atau pemberontak bersenjata.
"Jadi, bisa saja Polda Papua bernegosiasi dengan cara menawarkan uang tebusan," ungkapnya.
Menurut Adriana, pemberian uang tebusan tidak masalah. Itu menjadi salah satu cara menyelamatkan Pilot Susi Air
"Persoalannya apakah KKB mau menerima tawaran itu. Kalau senjata dan kemerdekaan tidak akan dipenuhi," ucap dia.
Adriana tak memungkiri pemberian uang kepada KKB akan menjadi preseden buruk. Namun, dia tak yakin KKB menerima tawaran Pemda Papua yang hanya mengabulkan permintaan uang Rp5 miliar.
"Bisa saja jadi preseden tapi seperti saya sampaikan belum tentu KKB mau terima tawaran uang," kata Adriana.
Pimpinan KKB Egianus Kogoya memberikan sejumlah syarat untuk membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu. Dia meminta uang Rp 5 miliar, senjata api, hingga Kemerdekaan Papua.
Egianus memberikan tenggat waktu hingga hari ini Sabtu, 1 Juli 2023. Bila tak kunjung diberikan, dia mengancam akan menembak mati Philip. Namun, hingga kini belum ada komunikasi dengan aparat TNI-Polri dan Pemda Papua.
KKB menyandera pilot Susi Air Philip Methrtens sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di Paro, Kabupaten Nduga pada 7 Februari 2023. Selain menyandera Philip, kelompok Egianus membakar pesawat yang dibawa Philip. (*)