Bukan Menteri Pertahanan, Tapi Prabowo Berharap Jabatan Ini Usai Rekonsiliasi dengan Jokowi di 2019
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo mengungkap alasan di balik bergabungnya ia dalam pemerintahan jilid dua Presiden Jokowi. Ia menegaskan kalau langkah rekonsiliasi usai pilpres 2019 lalu sebagai pilihan yang tepat.
Prabowo menyatakan, dirinya berharap suasana nasional kembali sejuk usai pertarungan pilpres yang keras. Itu sebabnya, rekonsiliasi politik sangat penting sehingga suasana politik nasional cenderung relatif stabil.
Ia menceritakan soal mengapa dirinya diberikan jabatan Menteri Pertahanan oleh Presiden Jokowi. Padahal, awalnya dalam pembicaraan awal ajakan bergabung ke pemerintahan Jokowi, dirinya tidak berniat untuk menjadi menteri. Justru setelah memastikan bergabung dalam pemerintahan, ia rencananya akan memberikan daftar kandidat menteri yang akan diserahkan ke Presiden Jokowi.
"Saya sebenarnya awalnya tidak akan menjadi menteri. Jadi saya hanya menyampaikan sejumlah nama untuk diajukan menjadi menteri setelah ajakan bergabung dalam pemerintahan," kata Prabowo dalam wawancara di acara Mata Najwa yang disiarkan lewat channel YouTube, Jumat (30/6/2023).
Prabowo mengungkap kalau dirinya sebenarnya lebih berharap menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
"Jadi sebenarnya itu di Wantimpres. Agar bisa lebih longgar waktunya," kata Prabowo.
Namun, justru dirinya ditawari untuk menjadi menteri. Sementara menurut Prabowo, ia lebih matang menguasai tentang isu pertahanan, sebagaimana pengalamannya selama puluhan tahun sebagai prajurit (tentara).
"Saya sampaikan kalau saya itu memahami soal pertahanan. Sehingga menjadi Menteri Pertahanan," kata Prabowo.
Menurut Prabowo, selain isu pertahanan dan militer, ia sangat concern pada sektor pertanian, kedaulatan energi, UMKM dan juga pembaharuan reformasi birokrasi pemerintahan agar makin bersih dan kredibel.
Prabowo mengakui saat ini memang birokrasi masih menjadi masalah. Ia juga menyoroti soal masih tingginya kasus korupsi dan kebocoran keuangan negara.
Ia menyebut salah satu penyebab korupsi terjadi pejabat. Yakni menyangkut masih kecilnya gaji dan penerimaan resmi sebagai pejabat pemerintahan.
"Sehingga pejabat kita ada kekhawatiran tentang masa depannya setelah tidak menjabat. Tapi, kalau sudah diberikan gaji yang cukup namun masih korupsi, maka memang harus diberikan hukuman yang berat," tegasnya.
Prabowo juga menyinggung soal mental dan mindset pejabat Indonesia yang ingin merasa nyaman. Seakan-akan sesuatu yang nyaman tidak ada masalah. Padahal sesungguhnya ancaman terhadap negara sangat besar.
"Pejabat kita terjebak pada comfort zone. Zona nyaman. Padahal, situasi berubah cepat. Ancaman dan tantangan, meski kesannya normal, namun besar," pungkas Prabowo.
Nyaman Bekerja dengan Jokowi
Prabowo juga mengungkap perasaannya saat bergabung dalam kabinet pemerintahan Jokowi. Menurutnya, sosok Jokowi tidak suka banyak bicara dan berpidato secara singkat.
"Pak Jokowi gak berpanjang-panjang kasih arahan. Singkat dan jelas. Saya nyaman berada di kabinet," kata Prabowo.
Justru Prabowo pun sekarang sadar, ternyata saat ini dirinya justru lebih lebih panjang berpidato dibanding Jokowi.
Menurutnya Prabowo, berada di kabinet membuat dirinya memahami lebih luas tentang pemerintahan nasional, tak saja soal urusan pertahanan negara. Sebab dalam rapat kabinet, seluruh isu negara dibahas secara komprehensif dan melibatkan kementerian terkait.
"Saya jadi lebih memahami makin dalam soal kompleksitas pemerintahan. Seluruh bidang terkait urusan negara. Mulai dari hukum, ekonomi, politik dan lainnya," pungkas Prabowo.
Prabowo dua kali kalah bertarung melawan Jokowi di gelanggang pilpres yakni pada 2014 dan 2019. Bahkan, ia juga sempat berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri sebagai calon wakil presiden pada pemilu 2009 silam. (*)