Ekonomi Riau Keok Dibikin Sumatera Utara, Kini Tempati Rangking 2 di Sumatera
SABANGMERAUKE NEWS, Sumatera Utara - Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan I-2023 ditopang oleh Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Riau, dan Sumatera Selatan (Sumsel). Andil pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan I-2023 sebesar 1,13 persen menjadi yang tertinggi di wilayah Sumatera.
"Kita lihat triwulan 1 2023 kemarin Provinsi Sumut 4,87 persen untuk pertumbuhan ekonominya, kalau kita bandingkan andilnya yang paling besar dibanding provinsi lain sebesar 1,13 persen. Pada 4 sampai 6 lalu kita selalu kalah sama Riau, karena pada saat itu ekonomi Riau lebih tinggi dibanding Sumut," ungkap Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut Ibrahim, Sabtu (24/6/2023).
Berdasarkan data dari BI Sumut, Riau saat ini menduduki posisi kedua dalam andil pertumbuhan di Sumatera yaitu sebesar 0,84 persen. Kemudian di posisi ketiga diikuti oleh Sumsel sebesar 0,70 persen, dan Lampung sebesar 0,50 persen.
Ibrahim menyebutkan bahwa Sumut memiliki potensi lebih besar dibanding Riau dengan banyaknya sektor pendukung pertumbuhan ekonomi.
"Sekarang ini potensi Sumut selalu lebih tinggi dibanding Riau. Sebetulnya Sumut banyak potensi yang lebih bervariasi dan beragam dibanding Riau yang masih didominasi sektor migas. Sumut harus menaruh perhatian betapa pertumbuhan ekonomi Sumut sangat penting," ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Sumut mulai mengalahkan Riau pada triwulan 3 2022 sebesar 4,97 persen, lebih tinggi dibanding Riau yang hanya 4,71 persen.
Keunggulan pertumbuhan ekonomi Sumut berlanjut pada triwulan 4 2022 dengan realisasi sebesar 5,26 persen, sementara pertumbuhan ekonomi Riau hanya sebesar 4,98 persen.
Namun begitu, pada triwulan 1 ini, Sumut dan Riau sama-sama mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Ibrahim menyebut hal ini lantaran dampak dari kontraksi ekspor. Tercatat ekspor asal Sumut turun dari 9,77 persen menjadi 2,45 persen.
"Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut seiring dengan tren moderasi harga komoditas ekspor utama Sumut yakni CPO dan dampak dari fenomena cuaca ekstrem pada Tw-I 2023 terhadap penurunan produksi komoditas pertanian seperti kelapa sawit," kata Ibrahim. (*)