1.500 Ekor Monyet Diekspor, Ternyata Ini Manfaatnya
SabangMerauke News, Yogyakarta - Sebanyak 1.500 monyet ekor panjang diusulkan untuk diekspor pada tahun ini. Ekspor monyet ini digunakan untuk keperluan biomedis.
“Untuk ekspor ini baru akan dibahas, besok 26 dan 27 Januari 2022. Pembahasan dengan LIPI membahas tentang kuota ekspor berapa termasuk monyet ekor panjang jadi itu bermacam-macam,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta (BKSDA Yogyakarta), Muhammad Wahyudi saat dihubungi, Selasa (18/1/2022).
Ia menyampaikan pada tahun lalu, Yogyakarta mengekspor monyet ekor panjang sebanyak 300 ekor tetapi jumlah tersebut masih dinilai terlalu kecil. Oleh sebab itu pada tahun ini kuota diusulkan naik menjadi 1.500 ekor.
“Tahun lalu ada kuota 300 ekor dari daerah Gunungkidul, kemarin tapi kan terlalu sedikit 300 sehingga tahun ini kita usulkan kalau bisa 1.500,” katanya.
Wahyudi mengatakan bahwa untuk ekspor monyet ekor panjang bukanlah dari pihak BKSDA Yogyakarta, tetap ada dua perusahaan di Indonesia yang sudah memiliki izin untuk ekspor monyet ekor panjang.
“Yang berhak ekspor itu yang ada izin di indonesia ada dua PT yang mendapatkan izin pertama adalah primaco dan kalau gak salah biofarma. Jadi yang mengekspor bukan dari BKSDA,” ucap dia.
Dia mengungkapkan biomedis yang dimaksud seperti pembuatan serum hingga membuat vaksin. Sebelum obat-obatan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka akan diuji cobakan kepada hewan tersebut terlebih dahulu.
“Biomedis, iya pembuatan serum. manusia kan selalu bereksperimen dikasih salah satu hewan yang paling mirip manusia,” kata dia.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta monyet ekor panjang tersebar di berbagai lokasi seperti di Imogiri Bantul, Kulon Progo, hingga Gunungkidul. Lokasi terbanyak berada di Gunungkidul.
“Habitatnya menyebar, Imogiri Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul, sampai Magelang. Habitatnya itu membentang,” katanya.
Dengan ada ekspor ini menurutnya tidak akan merusak habitat atau ekosistem monyet ekor panjang di DIY. Pada prinsipnya monyet ekor panjang tidak akan keluar dari habitatnya jika ketersediaan makanan masih ada.
Wahyudi menambahkan, ekspor monyet ekor panjang ini tidak ada hubungannya dengan banyaknya monyet yang keluar dari habitatnya mencari makan ke rumah-rumah penduduk.
“Sebenarnya dua hal yang berbeda ekspor karena ada kebutuhan untuk medis, kebetulan monyet ekor panjang jadi masalah,” ucap dia.
Dalam ‘panen’ monyet ekor panjang ini harus ditangkap hidup-hidup tidak boleh ditembak, karena monyet dibutuhkan hidup-hidup untuk kebutuhan biomedis.
“Mereka nggak ditembak ditangkap hidup-hidup pakai suku badui ada pawangnya,” pungkas dia. (*)