Perusahaan Dikabarkan Intimidasi Pekerja Tak Sebar Informasi Ledakan di Blok Rokan yang Dikelola PHR, 3 Orang Alami Luka Bakar
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Ledakan di Blok Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyebabkan 3 pekerja mengalami luka bakar, Kamis (8/6/2023) kemarin. Ketiga buruh migas tersebut dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Di tengah insiden kecelakaan kerja berulang di Blok Rokan tersebut, berhembus kabar adanya intervensi perusahaan kepada pekerja untuk tidak menyebarluaskan kejadian tersebut. Bahkan disebut, intervensi itu bisa berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan jika pekerja ketahuan membagikan informasi ke publik.
"Saya mendengar ada informasi intervensi agar pekerja tidak membagikan soal kejadian ledakan yang terjadi ke luar. Intervensi itu bahkan sampai pada ancaman PHK," kata sumber SabangMerauke News, Kamis (8/6/2023).
Meski demikian, kabar miring itu langsung dibantah oleh manajemen PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK). Perusahaan ini adalah mitra kerja yang mengerjakan proyek PHR yang mana 3 orang pekerjanya mengalami luka bakar dalam kecelakaan kerja tersebut. EFK merupakan anak perusahaan PT Elnusa Tbk (Subholding Hulu Pertamina).
Communications & Community Relations PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK), Aswin Saputra menyatakan di lingkungan perusahaan, para pekerja hanya diberikan pemahaman untuk tidak menyebarluaskan informasi, sebelum ada hasil investigasi atas insiden yang terjadi. Tujuannya, kata Aswin untuk mencegah misleading informasi atas peristiwa yang terjadi.
"Jadi itu tidak benar (ada intervensi)," terang Aswin, Jumat (9/6/2023) pagi tadi.
Pihak PT PHR pun telah dikonfirmasi soal informasi yang menyebut adanya intervensi kepada pekerja untuk tidak menyebarluaskan informasi kecelakaan kerja. Humas PHR, Rinta tidak membalas pesan konfirmasi soal itu.
Sementara itu, pihak Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau hingga saat ini belum menyampaikan hasil perkembangan pemantauan dan pengawasan lapangan yang telah dilakukan sejak kemarin sore. Kadis Tenaga Kerja Provinsi Riau, Imron Rosyadi meminta media sabar untuk menunggu.
"Sudah ada (perkembangan informasi). Sabar ya," terang Imron, Jumat pagi tadi.
Senior aktivis buruh Riau, Patar Sitanggang mendesak agar kasus kecelakaan kerja yang kesekian kalinya terjadi di Blok Rokan ini diusut tuntas. Ia meminta tidak ada lagi yang ditutup-tutupi.
"Mau tunggu sampai berapa banyak lagi korban di Blok Rokan? Inikan ironis sekali. Tapi, ke mana para elit dan pejabat di Riau? Kok masih pada diam?," kata Patar.
Ia juga menyayangkan informasi soal adanya intervensi perusahaan kepada pekerja agar tidak menyebarkan kejadian tersebut ke publik. Menurutnya, jika hal tersebut benar adanya, maka pantas saja publik curiga dengan sejumlah kasus kecelakaan kerja di Blok Rokan yang terus berulang.
"Mengapa harus ditutup-tutupi. Harusnya diberikan penjelasan yang lengkap, kredibel, jujur dan tuntas. Kalau sampai ada intervensi, maka itu sama dengan memberangus hak publik untuk mendapatkan informasi. Saya kira justru dalam kondisi saat ini diperlukan wishtler blower, agar kasusnya bisa diungkap," tegas mantan Koordinator Wilayah Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Riau ini.
Diwartakan sebelumnya, insiden kecelakaan kerja kembali terjadi di Blok Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Sebuah ledakan terjadi di area Gathering Station (GS) I Minas, Kamis (8/6/2023) sore tadi.
Kecelakaan kerja ini menyebabkan tiga pekerja PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK) yang merupakan mitra kerja PHR, mengalami luka bakar serius. Informasi yang beredar menyebut ketiga korban mengalami luka bakar mencapai 30 persen lebih. Ledakan disebut terjadi pada pompa kolam minyak saat uji coba dilakukan.
Tiga Korban Dirawat
Sementara itu, Communications & Community Relations PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK), Aswin Saputra membenarkan adanya insiden yang terjadi di GS Minas sore kemarin. Namun, ia belum menjelaskan apa penyebab ledakan terjadi.
"Penyebab insiden belum diketahui dan saat ini pihak EFK berkolaborasi dengan PHR masih melakukan penyelidikan dan investigasi mendalam. Setelah proses investigasi, selanjutnya akan ditentukan langkah-langkah korektif dan preventif guna mencegah timbulnya kejadian serupa di kemudian hari," kata Aswin dalam keterangan tertulis diterima SabangMerauke News, Kamis malam kemarin.
Aswin menyebut ada 4 korban dalam kasus kecelakaan kerja tersebut. Namun satu orang telah diperbolehkan pulang karena mengalami luka ringan. Sementara 3 korban lainnya mengalami luka bakar dan langsung mendapatkan penanganan cepat dari tim medis.
"Saat ini korban dirujuk dan berada di Rumah Sakit di Pekanbaru. Kondisi korban saat ini stabil dan responsif. Kami terus memantau kondisi ketiga korban tersebut secara seksama dan memastikan mendapatkan perawatan dan perhatian yang maksimal agar dapat pulih kembali," terang Aswin.
Ditanya soal kondisi luka bakar yang dialami 3 korban, Aswin tidak memberikan penjelasan rinci tingkat keparahan korban.
"Saat ini masih ditangani pihak medis rumah sakit," jawab Aswin.
Ujian Dirut Baru PHR Chalid Said Salim
Laju kecelakaan kerja di Blok Rokan tak kunjung dapat dikendalikan. Meski pergantian jajaran elit perusahaan sudah bongkar pasang dilakukan, namun nyatanya kecelakaan kerja terus berlanjut.
Dua pekan lalu, Direktur PT PHR Jaffee Arizon Suardin dicopot. Ia digantikan oleh Chalid Said Salim yang sebelumnya menjabat Direktur PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang beroperasi di Kalimantan.
Pencopotan Jaffee oleh sejumlah kalangan sebagai imbas dari hebohnya Blok Rokan oleh kasus kecelakaan kerja berujung demo berjilid-jilid di Riau. Selain itu juga diduga berkaitan dengan kasak-kusuk proyek di lingkungan Blok Rokan, pasca mobilisasi anak cucu cicit Pertamina ke Blok Rokan sejak dikelola PHR.
Namun, belum ada tanda-tanda upaya perbaikan dan pengawasan yang dilakukan manajemen PHR dalam mencegah laju kecelakaan kerja yang kian tak terbendung di Blok Rokan. Kini, kinerja dan gebrakan Chalid sebagai Direktur PHR yang baru tengah diuji.
Senior aktivis buruh Riau, Patar Sitanggang mempertanyakan berulangnya kasus kecelakaan kerja di Blok Rokan. Ia menilai pelaksanaan K3 di Blok Rokan diduga ada yang tak beres.
"Pergantian pucuk manajemen mulai dari vice president sampai direktur utama, tak juga mengakhiri kejadian kelam kecelakaan kerja di Blok Rokan. Ada apa sebenarnya yang terjadi di Blok Rokan?" kata Patar Sitanggang.
Ia meminta Gubernur Riau dan para pejabat serta tokoh Riau bersuara untuk meminta pertanggungjawaban PHR dan mitra kerjanya atas rangkaian kecelakaan kerja di Blok Rokan. Apalagi, sejak blok minyak terbesar di Tanah Air ini dikelola oleh Pertamina melalui cucu perusahaannya PHR, kecelakaan kerja setidaknya telah menyebabkan 11 orang pekerja meninggal dunia.
"Gubernur Riau harus bersikap dan tidak melakukan pembiaran atas kondisi ini. Kecelakaan ini harus dibuka terang benderang, jangan ada yang ditutup-tutupi," pungkas Patar. (*)