Gawat! Kepala Sekolah dan Guru Madrasah Diduga Cabuli Belasan Siswinya, Ancam Beri Nilai Jelek
SABANGMERAUKE NEWS, Jawa Tengah - Sangat mengerikan namun juga memilukan. Aksi kekerasan seksual di lingkungan pendidikan makin massif terungkap. Bak pagar makan tanaman, para guru dan pimpinan sekolah justru terlibat sebagai pelaku kejahatannya.
Diberitakan, seorang kepala sekolah dan guru di salah satu madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, diduga telah mencabuli 12 siswanya.
Dari 12 siswa yang diduga menjadi korban pencabulan, sampai saat ini baru dua korban melapor ke polisi. Satreskrim Polres Wonogiri telah memeriksa orangtua, anak, dan saksi lainnya.
“Baru dua dari 12 korban didampingi orangtuanya melaporkan ke Polres Wonogiri, Sabtu (27/5/2023). Dari laporan itu, kasus sudah resmi kami tangani penyelidikannya,” ujar Kasat Reskrim Polres Wonogiri, AKP Untung Setiyahadi, Minggu (28/5/2023).
“Dari pemeriksaan itu, rencana besok kami gelar itu dan akan kami tentukan pidananya,” kata Untung.
Untung mengatakan, dia telah meminta anggota polsek setempat mendata dan meminta keluargan korban melaporkan kasus ini ke Mapolres Wonogiri.
Kasus ini pun masih dalam tahap penyelidikan. Soal modus pencabulan yang dialami para korban, Untung belum mengetahuinya. Terlebih kasus itu baru dilaporkan dua korban.
Kasus itu terbongkar setelah para korban mengadu ke orangtua mereka.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri, Mubarok, mengatakan berdasarkan pengakuan korban, ada ancaman yang diterima oleh para korban terkait perbuatan pencabulan tersebut.
"Salah satu korban ada yang mengaku diancam nilainya akan jelek jika dilaporkan (kasus pencabulan)," kata Mubarok kepada wartawan, Sabtu (27/5/2023).
Setelah dilakukan pendataan, jumlah sementara siswa yang menjadi korban pencabulan mencapai 12 orang.
Ia mengatakan, berdasarkan pengakuan dari para korban dua pelaku yang dilaporkan ke Polres Wonogiri adalah M dan Y. Pelaku M berstatus sebagai Kepala Madrasah. Sedangkan Y merupakan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah itu.
Mubarok mengatakan, peristiwa pencabulan itu sudah dilakukan sekitar satu tahun lalu. Saat ini kondisi anak-anak tersebut mengalami trauma.
"Kami meminta masyarakat ikut bersama dengan pemerintah melakukan pengawasan terhadap anak. Baik saat di sekolah, rumah dan lingkungan lain. Komunikasi dengan anak bisa ditingkatkan," kata Mubarok. (*)