Hebat! Tim Dokter RSUD Arifin Achmad Riau Berhasil Operasi Pasien Buerger Disease, Inilah Pemicu Penyakit Berbahaya Ini
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Tim dokter RSUD Arifin Achmad berhasil melakukan operasi penyakit buerger disease. Buerger Disease atau Tromboangiitis Obliterans adalah penyakit pada pembuluh darah (arteri dan vena) yakni berupa peradangan dan penyumbatan oleh trombus, terutama pada pembuluh darah kecil dan sedang di kaki dan tangan.
Operasi ini diinisiasi oleh dr Hariadi Hatta Sp.BTKv yang merupakan dokter spesialis bedah toraks RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Sementara tindakan operasi dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi dr Eko Setiawan Sp.OT.
Dr Hariadi menyebut operasi ini merupakan tindakan lumbar symphatetic block pertama kali dilakukan di Indonesia dalam penanganan kasus buerger disease.
Eko Setiawan menyampaikan, setelah dilakukan dua kali tindakan, kondisi pasien sudah berangsur membaik. Luka pada kaki pasien sudah berangsur menutup dan kaki sudah mulai panas kembali. Saat ini pasien tetap diwajibkan kontrol untuk memantau perkembangan kesehatan pasien ke depan.
"Buerger disease adalah penyakit tersumbatnya arteri pada pembuluh darah yang menyebabkan anggota gerak (tangan/kaki) mengalami kekurangan nutrisi. Jika dibiarkan bisa menyebabkan luka, membusuk, dan harus diamputasi," kata Eko Setiawan dilansir Antara, Minggu (28/5/2023).
Buerger disease, biasanya ditangani oleh dokter spesialis bedah toraks vaskular atau bedah vaskular. Untuk gejala awal bisa diberikan obat-obatan.
Namun jika terlambat, tergantung kondisi bisa diamputasi atau dilakukan penghentian kinerja saraf simpatik untuk memperlebar pembuluh darah dengan memotongnya melalui pembedahan.
"Dengan berkembangnya teknik minimal invasif di bidang kedokteran, dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dr Hariadi Hatta mencoba berinovasi untuk memberikan tindakan lumbar symphatetic block yang kami kerjakan kepada salah satu pasien buerger bisease di RSUD Arifin Achmad," katanya.
Selain efeknya sama, kata Eko Setiawan, pengerjaannya lebih cepat tanpa pembedahan dan hasilnya sangat memuaskan.
Tentang Buerger Disease
Penyumbatan dan peradangan akibat Buerger Disease menyebabkan bagian ujung-ujung anggota gerak kekurangan suplai oksigen dan nutrisi, sehingga menyebabkan kematian jaringan mati, dan kemudian membusuk.
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui dengan jelas, diduga ada predisposisi genetik dan pengaruh respon imunologi, namun rokok merupakan salah satu faktor risiko yang paling kuat, semua pasien yang menderita penyakit ini adalah perokok.
Dilansir dari rsuppersahabatan.co.id, rokok dapat menyebabkan penyakit buerger karena 3 racun utama yang terdapat di dalam rokok. Ketiganya yakni nikotin, akan memicu berkumpul dan menempelnya trombosit pada dinding pembuluh darah sehingga lama kelamaan tumpukan trombosit ini menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit, dan aliran darah menjadi terhambat.
Selain itu juga kandungan karbon monoksida (CO) yang cenderung berikatan dengan hemoglobin. Pada darah perokok, kadar CO ini tinggi yaitu sekitar 4-15%, sedangkan pada darah bukan perokok kadar CO hanya sedikit, yaitu < 1%.
Hal ini mengakibatkan pada perokok, CO akan menurunkan penghantaran oksigen ke jaringan seluruh tubuh, mengganggu pelepasan oksigen, mempercepat aterosklerosis, dan meningkatkan kekentalan darah sehingga mempermudah penggumpalan darah dan sumbatan pembuluh darah.
Selain itu juga zat Tar, komponen padat asap rokok ini bersifat karsinogen. Tar juga diketahui menyebabkan dinding pembuluh darah rusak sehingga dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah.
Adapun gejala klinis penyakit ini yakni pada fase akut 2-3 minggu pertama, terjadi perubahan warna kulit ( merah kehitaman ) pada jari-jari kaki atau tangan, disertai dengan rasa nyeri.
Sementara pada waktu lebih dari 3 minggu, nyeri akan berkurang atau menghilang, warna kulit berubah menjadi lebih gelap dan teraba keras. Pada fase lanjut jaringan menjadi ganggren/nekrosis ( jaringan mati).
Sementara, untuk pengobatan umum (non bedah, pasien perlu mendapat edukasi untuk berhenti merokok, perawatan luka, pengobatan infeksi dan pemberian obat-obatan golongan antiplatelet dan vasoaktif.
Sementara, tindakan khusus terakhir yakni pasien dilakukan tindakan operasi atau amputasi. (*)