5 Negara Ini Terjebak Utang, Bandara dan Pelabuhannya 'Disita' China
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Sejumlah negara kian mengalami ketergantungan yang tinggi dengan pinjaman dari China. Rata-rata, pinjaman yang diberikan untuk pembangunan infrastruktur di negara-negara yang sedang berkembang maupun tertinggal.
Selama beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap dampak utang China terhadap sejumlah negara mitra terus meningkat. Beberapa negara terjebak utang China dan sebagian di antaranya kini menghadapi risiko kebangkrutan ekonomi.
Kekhawatiran tentang dampak utang China terhadap negara-negara telah menjadi perhatian serius yang dikhawatirkan berdampak serius terhadap kedaulatan ekonomi dan politik negara-negara tersebut.
Berikut adalah negara-negara yang saat ini berjuang melawan kebangkrutan akibat utang China:
1. Venezuela
Negara Amerika Latin ini telah lama menderita krisis ekonomi yang serius, dan sebagian besar masalah tersebut dipicu oleh utang yang sangat besar kepada China.
Dalam upaya untuk memperoleh akses ke sumber daya alam Venezuela, China memberikan pinjaman besar kepada pemerintah Venezuela.
Namun, penurunan harga minyak global dan kegagalan dalam manajemen ekonomi telah membuat negara ini sulit untuk membayar utangnya kepada China.
Ketergantungan Venezuela pada China semakin memperumit prospek pemulihan ekonomi yang stabil.
2. Sri Lanka
Negara kepulauan ini telah menghadapi kesulitan keuangan yang signifikan akibat utang kepada China.
Proyek infrastruktur besar yang didanai oleh China, seperti pelabuhan Hambantota, telah menyebabkan lonjakan utang yang tidak terlalu bisa ditanggung oleh Sri Lanka. Pada tahun 2017, Sri Lanka terpaksa menyerahkan pengelolaan pelabuhan itu kepada perusahaan China selama 99 tahun sebagai bagian dari restrukturisasi utang.
Masalah utang yang berkepanjangan terus menghantui Sri Lanka dan mengancam stabilitas ekonominya. Sri Lanka mengalami kesulitan membayar utangnya kepada China yang berasal dari proyek-proyek infrastruktur, termasuk Pelabuhan Hambantota.
Berdasarkan laporan BBC, pada 2017, Sri Lanka tidak dapat membayar kembali pinjaman tersebut, sehingga pelabuhan tersebut diambil alih oleh perusahaan China untuk mengatasi keterlambatan pembayaran.
3. Pakistan
Pakistan adalah negara lain yang berada dalam risiko kebangkrutan karena utang China. Melalui Proyek Jalur Ekonomi Koridor China-Pakistan (CPEC), Pakistan menerima pinjaman yang signifikan untuk membiayai proyek infrastruktur.
Namun, kekhawatiran muncul mengenai keberlanjutan utang ini, karena Pakistan berjuang dengan defisit ekonomi yang tinggi dan kesulitan untuk membayar utangnya kepada China. Beban utang yang berat telah menghadirkan risiko ekonomi yang serius bagi Pakistan.
Pakistan telah menerima pinjaman signifikan dari China untuk proyek-proyek infrastruktur, terutama melalui China-Pakistan Economic Corridor (CPEC).
Menurut laporan dari Institute of International Finance (IIF) pada tahun 2020, utang Pakistan kepada China mencapai sekitar USD45 miliar.
4. Kenya
Meskipun proyek infrastruktur yang didanai oleh China telah memberikan dorongan ekonomi bagi Kenya, negara ini menghadapi tekanan utang yang meningkat.
Pinjaman yang besar untuk proyek seperti jalur kereta api dan pelabuhan telah meningkatkan utang Kenya kepada China.
Beberapa ahli mengkhawatirkan kemampuan Kenya untuk membayar utang tersebut dan dampaknya terhadap stabilitas keuangan negara tersebut.
Ketika negara-negara ini berjuang dengan utang yang membebani, mereka juga berhadapan dengan pertanyaan tentang implikasi politik dan ekonomi jangka panjang dari hubungan erat mereka dengan China.
Penanganan yang tepat terhadap masalah utang ini menjadi kunci untuk memastikan stabilitas ekonomi.
5. Maladewa
Negara ini juga terjerat utang yang signifikan dengan China. Maladewa menerima pinjaman untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur seperti bandara dan jembatan.
Ketika negara tersebut mengalami kesulitan membayar utang, China mengambil alih aset strategis seperti bandara internasional dan pulau-pulau penting.
Laporan Centre for Global Development pada 2019 menyebutkan bahwa utang Maladewa kepada China mencapai 47% dari total utang luar negerinya. (*)