Sepak Terjang Halim Perdanakusuma, Jagoan Pilot Tempur Eks Angkatan Udara Kerajaan Inggris
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Nama Halim Perdanakusuma diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara TNI AU di Jakarta Timur. Tak banyak yang tahu jika salah satu tokoh perintis Angkatan Udara ini pernah berlaga di Medan Perang Eropa.
Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang Madura 18 November 1922. Dia sempat mengikuti pendidikan pamong praja di era Hindia Belanda.
Menjelang Perang Dunia II, Belanda merekrut banyak pemuda pribumi untuk dijadikan tentara. Halim menjadi perwira AL Belanda dan bertugas di kapal torpedo.
Dalam sebuah pertempuran mengadang armada Jepang, kapalnya terkena tembakan. Sebagian awaknya diselamatkan kapal Inggris dan dibawa ke India.
Di India, Halim mengajukan permohonan pindah ke Angkatan Udara. Dia kemudian mengikuti pendidikan di Royal Canadian Air Force jurusan navigasi.
The Black Mascot
Di London, Halim menjadi anggota Angkatan Udara Kerajaan Inggris atau Royal Air Force (RAF). Dia bertugas di Skadron Pengebom dan mengawaki pesawat jenis Lancaster dan Liberator.
Selama Perang Dunia II, RAF dikenal sebagai kekuatan tangguh yang mampu mencegah invasi Jerman ke Tanah Britania. Armada Pengebom mereka juga mampu menusuk jauh hingga jantung Jerman untuk melakukan Pengeboman.
"Selama bertugas di Angkatan Udara Kerajaan Inggris, tercatat sudah 42 kali ikut dalam serangan udara ke wilayah Jerman dan Prancis," demikian ditulis dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003.
Istimewanya, setiap kali dia ikut dalam misi pengeboman, seluruh pesawat dapat kembali dengan selamat. Kehadirannya dianggap membawa keberuntungan untuk tim.
"Halim kemudian dijuluki sebagai black mascot atau si jimat hitam."
Merintis Berdirinya TNI AU
Setelah mendengar kabar kemerdekaan Indonesia, Halim segera kembali ke tanah air. Tekadnya bulat untuk mengabdikan dirinya pada angkatan udara yang baru dibentuk.
Pengalaman Halim dalam perang Eropa sangat berguna. Dia diangkat menjadi Perwira Operasi dengan pangkat komodor. Salah satu misi yang dirancangnya adalah mengebom markas Belanda di Ambarawa, Salatiga dan Semarang.
Misi itu dijalankan dengan pesawat tua peninggalan Jepang. Bahkan beberapa bom hanya diikat di bawah sayap. Inilah operasi pengeboman pertama yang dilakukan TNI AU tahun 1947.
"Efek operasi udara dini hari itu sangat mengagetkan Belanda dan dunia internasional," tulis TNI AU.
Jatuh di Tanjung Hantu
Pengalamannya menembus ruang udara Jerman di Eropa, juga membuat Halim berkali-kali bisa menembus blokade Belanda. Dia berhasil membawa senjata, amunisi dan obat-obatan dari luar negeri ke wilayah Republik Indonesia.
Dalam suatu misi penerbangan, Halim bersama pilot Iswahjudi menerbangkan pesawat Avro Anson RI-003 dari Thailand menuju Bukittinggi. Nahas, pesawat tersebut diterjang badai hingga mengalami kecelakaan tanggal 14 Desember 1947.
"Pesawat tersebut jatuh di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Semenanjung Malaka," tulis TNI AU.
Dalam kecelakaan itu Halim dan Iswahjudi gugur. Baru empat bulan sebelumnya Halim menikahi seorang wanita Madiun bernama Kussadalina.
Pemerintah Indonesia menganugerahi beliau penghargaan sebagai Pahlawan Nasional tahun 1975. Nama Halim Perdanakusuma diabadikan menggantikan nama Pangkalan Udara Tjililitan di Jakarta Timur.(*)