Cerita Lama Hubungan Kakak-Adik Surya Paloh dan Jokowi, Kini NasDem Serasa di Luar Istana dan Tak Dianggap Lagi
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Persahabatan antara dua elite politik, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, sedianya telah terjalin sejak lama. Keduanya kerap tampil akrab di panggung politik.
Nasdem konsisten mendukung Jokowi sejak mantan Wali Kota Solo itu mencalonkan diri sebagai presiden untuk pertama kali pada Pemilu 2014, lalu berlanjut pada Pemilu 2019.
Namun, belakangan, kemesraan keduanya tampak renggang. Jokowi beberapa kali tak menghadiri agenda Nasdem, pun Surya Paloh beberapa kali tak diundang di acara pertemuan dengan Jokowi.
Kehangatan adik-abang itu seakan menguap sejak Nasdem mengumumkan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) yang bakal mereka usung pada Pemilu 2024.
Adik-abang Kedekatan Jokowi dengan Surya Paloh terjalin hampir sepuluh tahun terakhir. Keduanya kerap saling melempar pujian, Jokowi juga rajin menghadiri agenda-agenda besar Nasdem.
Presiden pernah terang-terangan menyebut bahwa hubungannya dengan Surya tak hanya sekadar sahabat, tapi sudah seperti adik kakak. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku sering curhat ke Surya, pun sebaliknya.
"Ketua Umum Partai NasDem, kakanda saya, abang saya, sahabat dekat saya, yang sering saya curhati dan juga beliau sering curhat ke saya," kata Jokowi saat hadir dalam acara peresmian Nasdem Tower di Jakarta, Selasa (22/2/2022).
"Dari dulu kami kan romantis. Saya dengan Bang Surya ini selalu romantis," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Surya juga menyampaikan hal serupa.
Dia menyebut, Nasdem akan terus menjadi sahabat Jokowi meski masa kepemimpinannya sebagai presiden berakhir pada 2024.
"Nasdem adalah sahabat bagi pribadinya seorang Jokowi. Arti seorang sahabat, berulang kali saya katakan, adalah bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada," katanya.
Surya tak segan melempar puja-puji ke Jokowi. Dia mengaku mendukung Jokowi tanpa syarat pada dua kali pilpres.
Menurut dia, Indonesia seharusnya bangga punya karakter pemimpin seperti Jokowi yang begitu piawai memimpin pemerintahan dengan tetap terbuka mau menerima kritik dan masukan.
"Jadi tidak salah, tepat sekali sejak awal kita menyatakan mendukung Presiden Jokowi tanpa syarat," ucapnya.
Surya pun menegaskan bahwa Nasdem berkomitmen terus mengawal kepemimpinan Jokowi hingga akhir masa jabatan presiden hingga 2024. Dia menyebut, persahabatannya dengan Jokowi tak akan pernah berakhir.
Renggang Namun, keadaan kini tak lagi sama. Bermula dari deklarasi pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem pada awal Oktober 2022 lalu, hubungan Surya Paloh dan Jokowi kini seakan renggang.
Sinyal perpecahan ini bukan tampak sekali dua kali saja. Dalam acara puncak peringatan HUT ke-58 Partai Golkar yang digelar Jumat (21/10/2022), turut hadir Jokowi dan Surya Paloh.
Saat presiden menyapa para tamu undangan, Surya Paloh dengan hangat merangkulkan tangan kirinya ke punggung Jokowi. Sementara, tangan kanannya menepuk-nepuk lengan kiri kepala negara.
Namun, kehangatan itu tak disambut Jokowi. Presiden tidak merangkul balik Surya Paloh dan hanya menepuk pundak kiri bos Media Group tersebut.
Sinyal keretakan hubungan itu berlanjut ketika Hari Ulang Tahun (HUT) ke-11 Nasdem. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Jokowi tak hadir dalam acara tersebut Nasdem beralasan, presiden tengah berada di luar negeri saat itu.
Nasdem pun sempat menyebut bahwa Jokowi bakal mengirimkan ucapan selamat ulang tahun melalui video. Namun, hingga acara ulang tahun lewat, tak ada ucapan apa pun yang disampaikan Jokowi buat Nasdem.
Pada Minggu (2/4/2023), Surya Paloh juga tak nampak hadir dalam silaturahmi antara Jokowi dengan lima ketua umum partai politik pendukung pemerintah yang diinisiasi oleh Partai Amanat Nasional (PAN).
Dalam acara tersebut hadir Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Mardiono.
Ketum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sedianya diundang dalak acara tersebut.
Namun, keduanya berhalangan hadir. Sinyal kerenggangan paling jelas tampak ketika Surya Paloh tak diundang dalam acara pertemuan enam ketua umum partai politik pendukung pemerintah dengan Jokowi di Istana Negara pada Selasa (2/5/2023) kemarin.
Dari tujuh partai politik pendukung pemerintah, hanya Nasdem yang tak diundang. Jokowi terang-terangan menyatakan bahwa tak diundangnya Surya Paloh adalah karena Nasdem sudah punya koalisi sendiri untuk Pemilu 2024.
“Ya memang enggak diundang. Nasdem itu, ya kita harus bicara apa adanya, kan sudah memiliki koalisi sendiri," ujar Jokowi di Sarinah, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Ditinggalkan Seakan menyadari posisinya yang kian tersingkir, Surya Paloh merasa dirinya ditinggalkan oleh Jokowi. Namun demikian, Surya mengaku menghormati keputusan Jokowi itu.
“Jokowi menempatkan positioning beliau barangkali sebagai pemimpin koalisi partai-partai pemerintahan ya,” katanya di Wisma Nusantara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2023).
“Dan beliau tidak menganggap lagi Nasdem ini di dalam koalisi pemerintahan untuk sementara,” sambung dia.
Namun demikian, Surya merasa, tak ada yang salah dengan langkah partainya mengumumkan Anies Baswedan sebagai bakal capres Pemilu 2024.
Menurut dia, manuver itu tak bisa serta merta diartikan sebagai keinginan Nasdem untuk hengkang dari barisan partai pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Mungkin ini persepsi dan pandangan pemahaman yang barangkali belum menyatu. Nasdem menganggap, apa masalahnya dengan pencalonan seseorang warga negara Indonesia yang seutuhnya mempunyai hak politik untuk dicalonkan dan mencalonkan dirinya untuk dicalonkan. Apa yang salah?” kata Surya, dikutip Selasa (9/5/2023).
Surya pun enggan dianggap berseberangan dengan Jokowi karena mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres Pemilu 2024. Dia menegaskan komitmen Nasdem untuk tetap bersama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf hingga akhir masa jabatan.
Dia justru membandingkan posisi Nasdem dengan sejumlah partai politik yang pada Pemilu 2019 lalu bukan bagian dari koalisi pengusung Jokowi-Ma’ruf, namun kini berada di pemerintahan.
Sebutlah Partai Gerindra dan PAN. Keduanya membentuk koalisi sendiri pada Pemilu 2019, tetapi bergabung menjadi partai pendukung pemerintah setelah Jokowi terpilih sebagai presiden.
Sebaliknya, Nasdem bersama PDI Perjuangan dan PKB sejak awal selalu mendukung Jokowi, bahkan sejak mantan Wali Kota Solo itu mencalonkan diri pada Pilpres 2014.
Oleh karenanya, Surya menilai, tak salah jika Nasdem tetap berada di barisan partai pendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir masa jabatan 2024, tetapi kini telah mendeklarasikan dukungan buat Anies Baswedan maju sebagai capres.
“Komitmen. Kan kita hargai dan kita mau konsisten di sana,” ujarnya.
Kendati begitu, Surya menegaskan bahwa dirinya menghargai pemikiran Jokowi. Hanya saja, dia tak ingin perbedaan ini terus dipertajam dan justru menimbulkan perpecahan.
“Sebenarnya sayang sekali kalau ini harus dipertajam perbedaan-perbedaan karena gol besar kita Indonesia maju,” katanya.
Kusut Melihat ini, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, hubungan Jokowi dan Surya Paloh telah terlanjur rumit karena berbeda pilihan politik.
Surya Paloh memutuskan mendukung Anies Baswedan sebagai capres Pemilu 2024. Sementara, Jokowi tak mungkin mendukung Anies yang notabene dicitrakan sebagai sosok oposisi.
“Jokowi punya pilihan sendiri selain Anies, sedangkan Surya Paloh sudah mengusung Anies. Ini yang tidak ketemu, ini yang membuat hubungan mereka menjadi rumit dan kusut,” kata Ujang Selasa (9/5/2023).
Ujang menduga, Jokowi naik pitam karena Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres. Ditambah lagi, untuk mengusung Anies, Nasdem berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dua partai yang menjadi oposisi sejak periode pertama kepimpinan Jokowi.
Manuver-manuver Surya Paloh itu dilakukan ketika Nasdem masih menjadi bagian dari pemerintah pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Selama kepentingan itu berbeda, selama kepentingan tidak ketemu, maka hubungan mereka akan renggang, akan terbelah, akan terpecah dan terbukti saat ini,” ujar Ujang.
Terlepas dari itu, menurut Ujang, Jokowi dan Surya Paloh seharusnya berjiwa negarawan. Keduanya diharapkan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara ketimbang ribut-ribut soal politik.
Ujang mengatakan, pembentukan koalisi politik seharusnya berlandaskan hajat hidup masyarakat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok.
Namun demikian, dilihat dari dinamika terkini, baik Jokowi maupun Surya Paloh sama-sama tampak mengutamakan kepentingan kelompok, sehingga muncul ribut-ribut soal pecah hubungan kedua tokoh.
“Mohon maaf saya mengatakannya ini kan masih sifatnya kepentingan pribadi dan partai. Pak Surya punya kepentingan pribadi dan partainya langsung, Pak Jokowi juga punya kepentingan pribadi untuk mengusung yang lain,” kata Ujang.
“Ini yang tidak ada kata kesepakatan, tidak ada kata titik temu, sehingga hubungan itu tidak bagus dan tidak baik-baik saja,” lanjutnya. (*)