Simpanan Orang Berduit di Bank Kalahkan Jumlah APBN 2023, Ekonom Sebut Kebijakan Berpihak ke Orang Kaya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengungkap penyebab tingginya pertumbuhan orang kaya dengan tabungan di atas Rp 5 miliar yang mencapai 9,63 persen Year on Year (YoY) per Maret 2023—menurut data Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS.
Sementara, tabungan di bawah Rp 100 juta hanya tumbuh 3,6 persen.
Lainnya, simpanan dengan nilai Rp 200 juta hingga Rp 500 juta tumbuh 5,7 persen; simpanan Rp 500 juta-Rp 1 miliar tumbuh 1,7 persen. Kemudian simpanan dengan nilai Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar tumbuh 2,1 persen; dan simpanan dengan nilai Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar tumbuh 3,6 persen.
“Pertumbuhan tabungan di atas Rp 5 milyar yang masih relatif tinggi diperkirakan didorong oleh masih solidnya pertumbuhan dari giro, yang tumbuh 10,72 persen YoY,” ujar dia saat dihubungi pada, Selasa (9/5/2023).
Menurut Josua, pertumbuhan giro itu lebih tinggi dibandingkan dengan komponen tabungan lainnya.
Hal ini memberikan sinyal bahwa pendorong dari peningkatan tabungan berasal dari pertumbuhan giro yang disebabkan oleh masih solidnya profitabilitas pelaku usaha pada kuartal pertama 2023 ini.
Di sisi lain, dia berujar, dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan tabungan periode 2017-2019, pertumbuhan tabungan di 2023 dengan nilai di bawah Rp 100 juta masih terbilang rendah.
“Itu mengindikasikan bahwa masyarakat disposable income kelas menengah hingga menengah ke bawah masih belum pulih sejak pandemi,” ucap Josua.
Dia juga menjelaskan bahwa pemerintah memang memiliki program kemiskinan yang bertujuan untuk membantu konsumsi masyarakat yang tergerus akibat pandemi ataupun karena peningkatan inflasi di 2022.
Namun, Josua menilai, dampaknya terhadap tingkat tabungan cenderung lebih terbatas, apalagi karena sifatnya yang temporer.
Selain itu, menurut Josua, indikator yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan tabungan kalangan menengah bawah adalah tingkat pengangguran.
Di mana semakin kecil tingkat pengangguran maka jumlah orang yang mempunyai income yang lebih stabil juga meningkat, dan meningkatkan tabungan secara agregat.
“Oleh karena itu, untuk mengembalikan disposable income masyarakat, pemerintah perlu meningkatkan kebijakan yang mampu menyerap tenaga kerja di Indonesia,” tutur Josua.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira juga menjelaskan penyebab tabungan orang kaya di atas Rp 5 miliar tumbuh tinggi dibandingkan nilai tabungan lain.
Pertama, kata dia, pada saat terjadi pandemi Covid-19 orang-orang kaya ini lebih pintar untuk menyimpan aset di instrumen yang aman.
Sehingga mereka terhindar dari risiko berlebih terhadap ancaman krisis ekonomi pada waktu puncak pandemi.
“Mereka masukan ke aset yang imbal hasilnya bagus, bahkan kemudian mereka juga mendapatkan profit yang cukup tinggi misalnya ketika berinvestasi di sektor kesehatan,” kata Bhima.
Penyebab kedua, dia berujar, banyak orang kaya ini secara struktural bekerja di perusahaan atau memiliki saham di perusahaan berbasis komoditas sumber daya alam atau SDA.
Begitu harga komoditas batu bara dan CPO naik tajam sepanjang 2021-2022, Bhima berujar, maka tabungannya otomatis mengalami kenaikan yang signifikan.
Selanjutnya ketiga, Bhima menilai memang ada kebijakan yang lebih berpihak kepada orang kaya, contohnya insentif subsidi mobil listrik. Ditambah lagi banyak fasilitas perpajakan yang diberikan.
“Kan enggak perlu itu,” tutur Bhima. (*)