Raja Inggris Charles III Ternyata Sudah 2 Kali Datang ke Indonesia, Marah Besar Lihat Hutan di Jambi Rusak Parah
SABANGMERAUKE NEWS - Charles III baru saja dinobatkan menjadi Raja Kerajaan Inggris Britania Raya pada Sabtu (6/5/2023) lalu di Westminster Abbey. Ia secara resmi menggantikan posisi Ratu Elizabeth II yang meninggal dunia pada 8 September 2022 yang telah berkuasa sejak 6 Februari 1952 atau selama 70 tahun.
Sosok Raja Charles III yang kini merupakan kepala negara 15 wilayah Persemakmuran, termasuk Inggris itu ternyata memiliki memori sejarah dengan Indonesia. Terhitung ia sudah dua kali datang mengunjungi Indonesia.
Kunjungan pertama Raja Charles yang saat itu masih berstatus putra mahkota dilakukan pada November 1989. Charles didampingi mantan istrinya, Lady Diana dalam kunjungan ketiga kota yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Tangerang.
Selain bertemu dengan Presiden Soeharto, Charles melakukan penanaman pohon di Hutan Wanagama, Gunung Kidul, Yogyakarta. Ayah Pangeran William tersebut memang dikenal memiliki kepedulian yang tinggi soal isu lingkungan hidup sejam masih muda.
Kunjungan kedua dilakukan Charles pada 1-5 November 2008. Fokus kunjungannya kali ini menyangkut deforestasi hutan serta upaya pemulihan hutan Indonesia.
Dalam kunjungannya, Charles mengunjungi kawasan hutan Restorasi Ekosistem Indonesia di Desa Bungku, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi serta bertemu dengan suku asli Suku Anak Dalam dan Suku Bathin Sembilan. Sebuah helikopter khusus disiapkan untuk membawa sang pangeran ke kawasan Hutan Harapan tersebut.
Namun, Charles memilih melalui jalur darat dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam. Dia dikabarkan ingin melihat langsung separah apa kerusakan hutan di Indonesia.
Dana restorasi hutan seluas 101.000 hektar tersebut langsung dibiayai pemerintah Inggris. Charles menggelar pertemuan dengan Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam pernyataannya di Istana Merdeka pada 3 November 2008, Charles memberi komentar pedas mengenai pembalakan hutan dan menyampaikan kecemasannya akan cepatnya deforestasi atau penggundulan hutan.
"Kita menghancurkan hutan-hutan tropis di seluruh dunia dengan kecepatan lebih dari 12 juta hektar setiap tahun. Perusakan ini memicu lebih banyak emisi gas rumah kaca dibandingkan sektor transportasi di seluruh dunia," ujar Charles di Istana Kepresidenan saat itu.
Indonesia memang tengah menjadi sorotan tajam pada periode tersebut akibat cepatnya deforestasi, terutama pada hutan primer tropis basah.
Data Global Forest Watch menunjukkan luas hutan primer tropis basah Indonesia terus berkurang dari 98,9% pada 2004 menjadi 96,9% pada 2008. Indonesia bahkan kehilangan hutan primer seluas 1,46 juta pada periode 2006-2008.
Pangeran Charles mengajak Indonesia untuk menjadi bagian gugus tugas Proyek Hutan Tropis guna melindungi hutan dari deforestation atau penggundulan.
Pada 2009, Charles kemudian mengumumkan skema pendanaan global untuk melindungi hutan tropis. Indonesia dan Brazil menjadi negara tujuan utama.
Namun, kunjungan Charles ke Jambi pada 2008 diiringi kabar tak sedap. Selain kabar sang pangeran marah atas pembalakan hutan liar, banyak pihak menuding kunjungan Charles adalah upaya untuk menekan pemerintah atas izin pengelolaan Hutan Harapan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI).
Kunjungan Charles dikabarkan menjadi bentuk tekanan agar izin agar segera keluar. Izin tersebut memang akhirnya keluar pada Mei 2010. Pemberian izin kemudian menimbulkan banyak konflik terutama dengan rakyat setempat yang sudah lama memanfaatkan hutan kawasan.
Kawasan tersebut sempat terlantar dan mulai dimanfaatkan warga setempat pada 2001 untuk bertanam sawit, palawija, atau karet. Dengan privatisasi PT REKI, masyarakat lokal pun tergusur karena mereka dianggap perambah liar. Sebaliknya, masyarakat menyebut REKI telah melakukan monopoli lahan. (*)