Aneh! Laba Pertamina Hulu Energi 4,6 Miliar USD, Tapi Mau 'Dijual' IPO Untuk Dapat 1,5 Miliar USD: Dimana Logikanya?
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Langkah PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang akan masuk bursa saham dan melakukan penawaran umum perdana dicurigai. Kebijakan korporasi yang menempuh Initial Public Offering (IPO) dipertanyakan logikanya.
Hal ini diungkap anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian dalam rapat kerja bersama jajaran PHE dan anak perusahaanya dua pekan lalu. PHE adalah sub holding Pertamina (Persero) yang kegiatan utama strategisnya melakukan bisnis eksplorasi dan eksploitasi migas.
Dalam rapat yang disiarkan TV Parlemen, Ramson mempertanyakan laba yang diperoleh PHE tahun 2022 lalu. Saat itu Dirut PHE Wiko Migantoro menyebut laba sebelum audit sebesar 4,6 miliar USD. Laba itu berasal dari pendapatan kotor PHE tahun 2022 sebesar 16 miliar USD.
Ramson kemudian mempertanyakan langkah IPO yang akan ditempuh PT PHE. Awalnya ia mempertanyakan jumlah dana segar yang akan diperoleh dari IPO tersebut. Wiko menjawab kalau target IPO yakni sebesar 1,5 miliar USD.
Ramson menyebut langkah IPO tersebut tak masuk logika. Alasannya, nilai target IPO cuma 1,5 miliar USD, padahal di sisi lain laba PHE mencapai 4,6 miliar USD.
"Inilah problem bangsa ini. Mendapatkan laba 4,6 miliar USD, tapi harus diprivatisasi untuk mendapatkan uang 1,5 miliar USD. Saya gak ngerti logikanya. Ini mau dijual, mau dijual, privatisasi dari dulu. Padahal andalan kita adalah Pertamina," kata Ramson.
Politisi Partai Gerindra ini heran hanya demi mendapatkan 1,5 miliar USD, PHE akan menjadi milik publik karena akan IPO.
"Biasanya ini akan diambil investor luar negeri. Padahal keuntungannya PHE 4,6 miliar USD. Saya gak ngerti ini logikanya keputusan ini. Apa aja kerja mereka ini. Padahal CSR diurus-urus oleh Meneg. Mau dijual, mau di IPO," kata Ramson.
Menurut Ramson, Pertamina menyumbang lifting minyak nasional sebesar 68 persen. Ia aneh kenapa Pertamina mau dijual. Keberadaan Pertamina sangat strategis bagi negara.
"Ini gimana nih. Masak mau dijual 1,5 miliar USD padahal keuntungannya PHE 4,6 miliar USD," kata Ramson.
Ramson pun mengaitkan jargon 'Rethinking' yang pernah diucapkan founding father Bung Karno pada era revolusi dulu.
"Ini perlu rethinking kata Bung Karno. Perubahan strategi. Kalau poinnya tak jelas, kenapa harus diprivatisasi," tegasnya.
Ramson pun meminta agar dibentuk panitia kerja (panja) oleh Komisi VII untuk menelisik persoalan di Pertamina.
"Ini perlu Panja untuk Pertamina. Tinggal Pertamina nih yang 100 persen milik rakyat dan negara, kata Ramson yang didukung oleh banyak anggota Komisi VII DPR lainnya.
Di era pemerintahan Jokowi yang Menteri BUMN-nya dijabat Erick Thohir, Pertamina Hulu Energi (PHE) akan masuk bursa saham. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mengincar dana segar Rp 20 triliun atau sekitar 1,6 miliar USD.
Penawaran umum perdana (IPO/ Initial Public Offering) PHE berlangsung pada Juni 2023 dan disebut-sebut akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Dikabarkan pada Sabtu (29/4/2023) lalu, PHE menunda rencana IPO karena masalah administrasi.
PHE berencana menggunakan dana tersebut untuk memperluas produksi minyak melalui akuisisi atau pengeboran sumur baru.
PHE diperkirakan akan menjual 10% hingga 15% saham dalam penawaran perdana tersebut. (*)